Ungkap 3 Masalah Umum Pemerintah, Fahri Hamzah: Feodalisme Menjadi Hal yang Mendasari

- 26 Oktober 2020, 09:05 WIB
Politisi Senior, Fahri Hamzah.
Politisi Senior, Fahri Hamzah. /Facebook Fahri Hamzah

PORTAL MAJALENGKA-Nama politikus Fahri Hamzah sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia mengingat kiprahnya di dunia politik sudah cukup lama.

Sejak tahun 1998 nam Fahri Hamzah sudah ada dalam dunia perpolitikan Indonesia, terhitung 21 tahun hingga sekarang.

Selain itu, namanya cukup dikenal karena kritiknya terhadap pemerintah cukup kontroversial mengingat bekal pengalaman berpolitik yang cukup matang.

Baca juga: UMKM Merapat! Mau Dapat Bantuan langsung Tunai? Begini Cara Daftarnya

Ia pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) pada periode 2014-2019 dan anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI.

Dikutip Pikiran-Rakyat.com dalam akun Youtube Bamsoet Channel pada unggahan Minggu 24 Oktober 2020, Fahri mengungkap tiga masalah besar yang telah lama dihadapi oleh Indonesia.


"Saya kan alhamdulillah 15 tahun di DPR lalu 21 tahun di pemerintah kita jadi tahu lah a, b, c, d dari masalah pemerintahan ini," ujarnya.

Baca juga: 71 Rumah di sukaraja Kota Bandung Terdampak Banjir, Ketinggian Air Capai 2,5 Meter

 

Ia kemudian mengkategorikan masalah menjadi tiga jenis berdasarkan hal paling umum yang kerap dihadapi oleh bangsa Indonesia.

"Kita penyakit umum dulu ya, penyakit umum kita sebagai bangsa ada tiga lah dalam manajemen itu ada tiga penyakit kita ini," tambahnya.

Pertama, lanjutnya, bangsa Indonesia kurang pandai dalam merencanakan segala sesuatu.

Baca juga: Ini Syarat Penerima Bantuan Bansos BST BLT Kemensos Non PKH

 

"Pertama bangsa kita ini kurang pandai dalam berencana, tiba masa tiba akal," ujar Fahri.

Permasalahan kedua menurut Fahri adalah kesibukkan yang dianggap sebagai patokan bahwa pemerintah telah melakukan pekerjaan sukses.

"Yang kedua bangsa kita ini dalam pelaksanaan itu kadang-kadang sibuk dianggap sukses. Sibuk itu dianggap sukses. Kalau ada OTT tiap hari dianggap sukses padahal suksesnya pemerintah terhadap korupsi ya korupsinya hilang. Jadi nalar ini di bangsa kita ini memang berat," tambahnya.

Baca juga: Program Dana Bantuan UKM Facebook Sebesar Rp 31 Juta Diperpanjang, Cek syarat dan Ketentuannya!

Fahri pun mengungkap poin ketiga yang ia anggap sebagai permasalahan selanjutnya yang tak bisa lepas dari bangsa Indonesia, yakni sebuah citra dapat mengalahkan kinerja.

"Yang ketiga itu adalah kadang-kadang citra itu mengalahkan kinerja, jadi penyakit kita secara umum," ujarnya.

Hal paling utama yang mendasari tiga masalah itu tetap ada di Indonesia menurut Fahri adalah masih adanya sistem kekuasaan politik pada golongan tertinggi alias feodalisme.

"Tapi ada penyakit yang melatari semua itu bertahan terus, itu feodalisme masih kuat. Jadi sebenarnya sikap mental kita itu kepada pemimpin kadang-kadang gak berani terus-terang, gak berani apa adanya, gak berani berteman," tuturnya.

Baca juga: Bejat! Seorang Ayah Cabuli Dua Anak Kandung yang Masih Dibawah Umur

Fahri kemudian memberi contoh pada pemerintahan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo saat ini.

"Di tradisi umum kita itu pemimpin apalagi dengan Presiden jaraknya dengan Menteri itu jauh sekali sekarang ini dan sebenarnya kapan-kapan begitu. Jadi dia menganggap menjadi menteri adalah sebuah anugerah dari Presiden karena itu dia gak berani ada percakapan yang seimbang dengan Presiden, ini problemnya," ujarnya.

Padahal, lanjutnya, hubungan antara seorang Presiden dan Menteri yang bertugas membantunya harus seperti teman dekat.

"Kalau mau jadi Presiden harus jadi temen, sahabat, apa adanya. (Seolah, red) Menteri gak boleh salah nih depan Presiden, gak boleh menyalahkan Presiden, Presiden salah pun kita biarin aja. Inilah feodalisme kemudian masalah ini seperti tidak selesai," jelasnya.

Fahri mengatakan jika seorang Menteri atau pejabat lainnya bertemu Presiden membawa beban maka semua ide yang seharusnya diberikan untuk pemerintahan yang lebih baik tak akan keluar.

"Kalau orang ketemu Presiden dengan beban udah selesai, gak akan ada idenya," pungkasnya.***(Farida Al-Qodariyah/PikiranRakyat.com)

 

 

 

 

 

Editor: Rasyid

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah