Pantang Menyerah, Begini Sepak Terjang Alumni Wirausaha Merdeka Lanjutkan Bisnis

- 28 Juni 2024, 17:01 WIB
Tiara Arni Maitsaa, membagikan perjuangan mereka dalam membangun sekaligus menjaga bisnis mereka agar tetap sustain atau berkelanjutan.
Tiara Arni Maitsaa, membagikan perjuangan mereka dalam membangun sekaligus menjaga bisnis mereka agar tetap sustain atau berkelanjutan. /Pikiran Rakyat/Portal Majalengka/

PORTAL MAJALENGKA - Sebagai salah satu bagian dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), Program Wirausaha Merdeka atau WMK berperan dalam menghasilkan mahasiswa yang mandiri, kreatif, dan inovatif dalam berbisnis.

Namun, kita semua tahu bahwa membangun bisnis bukan perkara mudah. Banyak tantangan harus dilalui, tetapi hal tersebut tidak mengecilkan semangat para Awisaka (Alumni Wirausaha Merdeka) dalam terus melanjutkan bisnis bahkan setelah Program WMK selesai dilaksanakan.

Dua alumni Program Wirausaha Merdeka Angkatan 2, yaitu Fadil Fahrozi Harahap dan Tiara Arni Maitsaa, membagikan perjuangan mereka dalam membangun sekaligus menjaga bisnis mereka agar tetap sustain atau berkelanjutan. Keduanya sama-sama menjalani Program Wirausaha Merdeka di Universitas Gadjah Mada.

Baca Juga: Banjir 1 hingga 1,5 Meter Merendam Sejumlah Desa di Sulawesi Utara, Akses Jalan Warga Terputus

Fadil Fahrozi Harahap atau yang akrab disapa Ozi memiliki bisnis bernama Preneurlab, sebuah bisnis education technology di bidang digital yang bertujuan meningkatkan jiwa kewirausahaan mahasiswa dan anak muda generasi Z.

Sementara, Tiara Arni Maitsaa memilih bisnis di bidang industri kreatif, tepatnya eco-fashion sebagai solusi produk-produk ramah lingkungan, yang diberi nama Ecopita.

“Masyarakat, terutama gen Z di Indonesia berpotensi menjadi wirausaha, tetapi sayangnya tidak ada yang mewadahi mereka,” ungkap Ozi yang berkuliah di Prodi Pendidikan Teknik Elektronika, Universitas Negeri Yogyakarta.

Baca Juga: Tegas Nih, Kepala Daerah yang Terlibat Judi Online Akan Diseret ke Aparat Penegak Hukum

Sementara, Tiara menyebutkan bahwa industri kreatif di Indonesia berkembang pesat, tetapi produk fast fashion masih sangat banyak. Hal itu mempengaruhi kondisi lingkungan dan sampah, sehingga saya mencari cara untuk menanggulangi atau mengatasi bisnis fast fashion agar menjadi slow fashion.

Halaman:

Editor: Andra Adyatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah