Selaras dengan itu, Ketua Umum KPC-DIY Muhammad Mashuri Latief dan Burhanudin Lazuardi selaku perwakilan Dewan Pembina KPC-DIY, dalam sambutan keduanya meyakinkan bahwa Cirebon memiliki aset besar. Yaitu putra-putri daerah yang mempersiapkan diri melalui menempuh pendidikan tinggi di luar Cirebon, yang nantinya akan kembali dan membangun daerah.
“Karena itu saya kira juga bukan tidak mungkin kalau kemudian 5, 10 atau belasan tahun ke depan, kami mahasiswa Cirebon yang melanjutkan studi atau berdiaspora di Yogyakarta akan menjadi SDM-SDM unggul yang kemudian dapat ikut serta membangun daerah Kabupaten dan Kota Cirebon, itu harapan besar kami,” ungkap Huri, sapaan akrabnya.
Baca Juga: Juru Bicara Gus Dur Ungkap Cara NU Hadapi Monster Politik dari Era Soekarno hingga Jokowi
Burhanudin dalam sambutannya berharap kepada Pemerintah Kabupaten Cirebon agar organisasi mahasiswa daerah, mendapatkan perhatian secara khusus. Hal itu sebagai bentuk keseriusan Pemda dalam mendukung putra-putri daerahnya.
“Seringkali KPC itu mengadakan suatu bentuk kegiatan yang berkolaborasi dengan kesenian-kesenian nusantara sebagai hadirnya Cirebon di Yogyakarta. Hanya saja kemudian saya dengan hormat meminta Pemerintah Kabupaten Cirebon, teman-teman atau putra-putri daerah baik di Jogja, di Bandung, di Jakarta diperhatikan secara khusus," ungkap Burhanudin Lazuardi.
Kemudian acara Simposium ini direspons baik oleh Bupati Cirebon Drs. H. Imron S.Ag. Ia berpesan kepada para mahasiswa KPC-DIY untuk belajar dengan baik, sehingga bisa membawa kemanfaatan saat balik ke Cirebon.
“Sahabat-sahabat ini orang-orang yang beruntung karena sekolah dan menjadi mahasiswa, (sedangkan) rata-rata itu kita pendidikan (di Kabupaten Cirebon) itu SMP kelas 2 (VIII). Jadi saya berpesan itu jangan abaikan kesempatan saudara-saudara, sahabat-sahabat ini untuk belajar, apalagi sekarang pelajar yang sekolah atau kuliah di tempat daerah lain,” ungkap Kang Imron, sapaan akrabnya.
Melalui kegiatan simpoium ini, para peserta diberikan paradigma serta pengetahuan dari sisi yang berbeda terkait urgensi pendidikan. Hadir sebagai narasumber Rektor Institut Studi Islam Fahmina Cirebon, Dr. KH Marzuki Wahid, MA dan Guru Besar IAIN Syekh Nurjati Prof. Dr. H. Sumanta Hasyim, M.Ag.
Salah satu persoalan yang dikupas terkait penggunaan ArtificiaI Intelligence (AI) dalam praktik pendidikan yang kemudian menjadi topik diskusi antara narasumber dan peserta.
Baca Juga: China dan Thailand Resmi Tandatangani Perjanjian Pembebasan Visa Bersama