Pengamat: Ahok Tak Cocok Jadi Pejabat Publik

- 28 September 2020, 16:00 WIB
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) //Jeda.id/

PORTAL MAJALENGKA - Baru-baru ini pengamat politik, M Qodari menilai Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab disapa Ahok tak cocok jadi Pejabat publik.

Awalnya, M Qodari menceritakan bahwa ia pernah diwawancara oleh presenter salah satu stasiun televisi mengenai bagaimana nasib Ahok ke depannya.

Pasalnya saat itu hasil quick count di Pilkada DKI Jakarta 2017 menunjukkan bahwa pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat kalah atas pesaingnya Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Baca Juga: Pria 26 Tahun Nikahi Luna Maya Berusia 62 Tahun

M Qodari mengakui jika kinerja Ahok dinilai baik, namun buruk dalam hal berkomunikasi.

Hal tersebut disampaikan M Qodari saat menjadi bintang tamu dalam akun Youtube Helmy Yahya Bicara yang diunggah pada Minggu 27 September 2020.

"Saya bilang kayaknya kalau untuk pemilihan langsung seperti ini, kayaknya enggak bisa karena Ahok ini bagus kerjanya, buruk komunikasinya gitu," ucapnya sebagaimana dikutip Pikiran-Rakyat.com.

Baca Juga: Hapus Sistem Kelas BPJS Kesehatan, Ini Besaran terbaru Iuran yang Harus Dibayar!

Menurut M Qodari, jika harus ditunjuk menjadi seorang menteri pun Ahok disebut tak akan cocok.

Sebab, M Qodari mengatakan bahwa menteri merupakan jabatan publik yang mengharuskan berkomunikasi secara baik.

"Mungkin kalau dia harus ditunjuk, bukan dipilih. Misalnya seperti menteri. Tapi waktu saya pulang ini masih 2017 nih, saya belum kepikiran 'kayaknya jadi menteri pun enggak cocok'. Karena menteri itu jabatan publik. Jabatan publik itu adalah jabatan atau pekerjaan yang kerja harus bagus, komunikasi juga harus bagus," tutur M Qodari.

Baca Juga: Iwan Bule : Target Juara di Piala AFF 2021

Lebih lanjut M Qodari menuturkan, akan percuma jika seorang pejabat publik bekerja dengan baik tapi tak diiringi komunikasi yang baik.

Dengan begitu, M Qodari berpendapat bahwa Ahok lebih cocok di perusahaan swasta ketimbang menjadi pejabat publik.

"Karena pekerjaan bagus kalau komunikasi buruk itu rusak. Contohnya siapa? Ahok sendiri karena itu kesimpulan saya Ahok itu cuma tepat di perusahaan swasta. Enggak cocok di jabatan publik atau yang berhadapan dengan publik," katanya.

Baca Juga: Pesan Rahasia Jati Pereket, Jati Keramat Berusia Ratusan tahun, yang Dianggap Ikon Kertajati

M Qodari pun mengakui pernah berbicara kepada media saat Ahok ditunjuk menjadi Komisaris Utama (Komut) Pertamina.

Dirinya menyarakan Ahok agar menunjuk juru bicara (Jubir) saat akan berinteraksi dengan media.

Pernyaatan M Qodari itu disampaikan lantaran ia takut Ahok tidak berkomunikasi secara baik yang pada akhirnya menimbulkan kericuhan.

Baca Juga: Hari Ini Kejari Majalengka Kembali Panggil Dua Saksi Dalam Kasus Dugaan Korupsi PDSMU

"Karena saya takut beliau ini komunikasinya itu akan ya katakanlah bombastis, lalu kemudian kontroversial begitu. Kayaknya ini saran enggak diikutin gitu," ujar M Qodari.

M Qodari menyimpulkan bahwa Ahok memang tidak memiliki sensitivitas komunikasi.

"Apa yang harusnya diomongkan di dalam, diomongkan di luar. Dia tidak tahu situasi dan kondisi gitu, jadi ya komunikasinya memang ya bukan berarti tidak jujur ya, tapi kita kan yang jujur pun harus pandai-pandai memilih dan memilah," jelasnya.

Baca Juga: Majalengka Tambah 6 Kasus Covid-19

M Qodari kemudian menyampaikan tiga poin pendapatnya tentang seorang Ahok.

"Satu beliau ini bombastis, yang kedua emosional, yang ketiga sulit membedakan kapan dan di mana berbicara gitu," terangnya.***(Sarah Nurul Fatia/Pikiran Rakyat)

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x