Network
PORTAL MAJALENGKA - Di tengah harga beras yang tinggi saat ini muncul program bagi-bagi rice cooker, sementara untuk pengadaan alat masak berbasis listrik tidak sedikit. Program tersebut bakal memakan anggaran Rp340 miliar hanya untuk untuk 680.000 calon penerima manfaat.
Program bagi-bagi rice cooker yang bakal menelan anggaran yang fantastis ini, dinilai banyak pihak termasuk Komisi IX DPR RI sangat tidak tepat. Saat ini yang dibutuhkan masyarakat adalah harga pangan yang terjangkau dan murah.
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati saat menanggapi hal tersebut, menganggap sebagai sebuah kebijakan paradoks. Dibanding bagi-bagi rice cooker, menurutnya ada hal yang lebih prioritas karena saat ini yang dibutuhkan masyarakat adalah harga pangan murah.
Baca Juga: Pemerintah akan Bagikan 500 Ribu Unit Rice Cooker Secara Gratis, Siapa Penerimanya?
"Sederhana saja, saat ini harga beras lagi tinggi-tingginya. Yang diperlukan emak-emak hari ini adalah pangan murah, itu saja. Kendalikan harga pangan agar terjangkau dan murah, itu lebih prioritas dibandingkan program bagi-bagi rice cooker yang menelan anggaran besar ini," ujar Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Kurniasih dalam keterangannya di Jakarta, Rabu 11 Oktober 2023.
Kurniasih menambahkan dengan anggaran sebesar itu masyarakat akan lebih terbantu jika dialokasikan untuk subsidi bantuan harga pangan pokok guna pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Menyinggung kabar sebelumnya terkait melambungnya harga pangan, salah seorang menteri juga sempat mengungkapkan meminta masyarakat agar beralih tidak mengonsumsi beras dan mengganti dengan ubi-ubian.
Namun sekarang muncul kebijakan baru dari Kementrian lain yang dinilai tidak tepat dan dianggap paradoks oleh banyak pihak, yakni program bagi-bagi rice cooker yang bakal menguras anggaran besar.
Baca Juga: Anggota DPR RI Bingung, Stok Cadangan Pangan Ada tapi Harga Beras Terus Naik
