Baca Juga: Kutil Hidupkan AMRI di Tegal, Organisasi Bawahan PKI Untuk Lancarkan Gerakan Antiswapraja
22 September 1948, pasangan suami-istri ini menghembuskan nafas terakhirnya di atas sumur Soco karena disiksa dengan sangat kejam oleh PKI sebelum akhirnya dipotong dan dimasukan ke dalam sumur Soco.
Hal ini dengan teganya disaksikan oleh kedua anaknya yang kala itu masih balita, sehingga mengalami trauma yang berat setelah diserahkan oleh salah satu anggota PKI bernama Sujadi.
Ayah mereka, Sakidi, merupakan seorang guru di Vervolgschool Madiun dan seorang aktivis berpengaruh di Partai Nasional Indonesia (PNI).
Sakidi yang merupakan seorang ideolog PNI papan atas di Magetan, otomatis menjadi musuh PKI dalam menjalankan misinya.
Pak guru Sakidi diketahui berasal dari Desa Tanjung di Magetan, dia pula yang menjadikan penduduk desanya paham tentang arti organisasi.
Baca Juga: Kampung Kauman Magetan Dibumihanguskan PKI, Tentara Siliwangi Menyerbu
Dia berhasil membentuk Dewan Desa Tanjung yang terdiri dari unsur-unsur Masyumi, PNI, dan GPII sehingga Lurah Sumoatmodjo Sarman mendukung penuh pemikiran Sakidi.
Sakidi juga mampu mengarahkan cara pandang masyarakat tentang arti bela Negara yang baik.
PKI mengendus bau tak sedap ini, sehingga Sakidi menjadi salah satu target utama di wilayah Magetan untuk dihabisi agar tak ada satu orang pun yang menghalangi.