Baca Juga: Rekrutmen Pengawas Pemilu Tingkat Kecamatan Jelang PEMILU Serentak 2024
Melihat situasi tersebut, sejak 7 Februari 1946 dibantu para politisi seperti Bernard Wilhelm Lapian menyusun penyerangan.
Baru pada 14 Februari 1946 pemimpin militer Letkol Charles Choesj Taulu dan Sersan SD Wuisan langsung menggerakkan pasukan untuk ambil alih tangsi militer Belanda.
Puncak penyerbuan ditandai dengan merobek bendera Belanda yang awalnya berwarna merah, putih, dan biru menjadi merah dan putih serta dikibarkan diatas gedung markas Belanda.
Baca Juga: Hobi Bikin Konten? Penerbit Buku Bentang Pustaka Buka Loker untuk Konten Kreator
Kejadian ini lalu diberitakan berulang lewat siaran radio dan telegraf oleh Dinas Penghubung Militer di Manado.
Lalu,diteruskan oleh kapal Perang Australia SS “Luna” ke markas besar sekutu di Brisbane.
Radio di Australia menjadikan informasi tersebut sebagai berita utama, lalu disebarkan oleh BBC London serta Radio San Fransisco Amerika Serikat.
Sayangnya, aksi ambilalih ini tak memakan waktu lama. Pasalnya, pada awal Maret 1946, kapal perang Belanda “Piet Hein” tiba di Manado dengan membawa pasukan sekitar 1 batalyon.
Baca Juga: Film Ashiap Man, Debut Atta Halilintar Sebagai Sutradara
Pada 11 Maret 1946 para pimpinan gerakan Merah Putih diundang ke kapal Belanda untuk melakukan perundingan yang tujuan sebenarnya adalah untuk menahannya.