Kisah Kiai Soelaiman Berdzikir Dalam Kuburan Batu Kapur Ulah Kekejaman PKI

12 September 2022, 15:43 WIB
Ilustrasi. Kisah Kiai Soelaiman Berdzikir Dalam Kuburan Batu Kapur Ulah Kekejaman PKI /

PORTAL MAJALENGKA - Peristiwa berdarah yang dilakukan PKI di Madiun tercatat tahun 1948, yakni beberapa tahun setelah kemerdekaan Indonesia.

Dalam ingatan masyarakat, khususnya di pulau Jawa, peristiwa berdarah di Madiun merupakan salah satu kejadian terbesar akibat ulah PKI.

Karena kekejaman PKI pada peristiwa itu, banyak para pejabat daerah, orang-orang kaya, bahkan ulama dan santri menjadi korban.

Baca Juga: Kampung Kauman Magetan Dibumihanguskan PKI, Tentara Siliwangi Menyerbu

Hal itu terjadi akibat kesewenang-wenangan PKI dalam menggapai tujuannya yakni menjadikan Indonesia sebagai Negara dengan paham komunis.

Dilansir dari buku Kisah Nyata, Sejarah Banjir Darah para Kyai, Santri, dan Penjaga NKRI oleh Aksi-aksi PKI (2015:47), salah satu korban PKI di Madiun adalah Kiai Soelaiman yang kini telah dimakamkan di TMP Kota Madiun.

Dikisahkan Kiai Soelaiman merupakan ulama kelahiran Mojopurno sekaligus pendiri pondok pesantren At-Thohirin Magetan.

Baca Juga: Kutil Hidupkan AMRI di Tegal, Organisasi Bawahan PKI Untuk Lancarkan Gerakan Antiswapraja

Beliau merupakan mantan tentara Hizbullah pada saat perang kemerdekaan, sekaligus seorang pengamal Thoriqoh Naqsyabandiyah Kholidiah.

Kiai Soelaiman dikenal dengan ketaatannya, sehingga masyarakat mempercayai bahwa dia mempunyai kepekaan spiritual.

Selain menjadi pusat pembelajaran ilmu agama, kala itu rumah Kiai Soelaiman pun masih menjadi tempat pergerakan tentara Hizbullah.

Baca Juga: Gus Dur Selalu Minta Pendapat Ajengan Ilyas Ruhiyat Sang Wali dari Tanah Sunda, Siapa Beliau?

Diceritakan bahwa malam sebelum kepergiannya, Kiai Soelaiman telah merasa ada yang janggal dan tidak beres atas undangan rapat di balai kecamatan kala itu.

Sehingga ia menyerahkan diri kepada Allah dengan bertafakur hingga waktu subuh agar diberikan kekuatan mental dan kesiapan untuk menghadiri undangan tersebut.

Sebagai seorang ulama, yang pada saat itu banyak dari kalangan ulama lain, dan santri turut diundang, maka Kiai Soelaiman pun hadir ke undangan tersebut.

Sesuai dengan dugaan Kiai Soelaiman, saat tiba di balai pertemuan, para undangan sudah disambut oleh para anggota PKI dan pasukan Front Demokrasi Rakyat (FDR).

Mereka yang datang ke undangan tersebut, digiring dan dikumpulkan dalam sebuah loji (gedung besar) pabrik gula Gorang Gareng.

Saat semuanya terkumpul, kelompok undangan di bagi dua, kemudian 1 kelompok yang berjumlah sekitar 200 orang, termasuk Kiai Soelaiman digiring lagi dan dimasukkan ke satu gerbong kertapati.

Sedangkan satu kelompok lainnya tetap di dalam Loji yang kemudian diketahui, mereka diberondong senapan setelah sebelumnya dilucuti semua pakaiannya.

Beruntung kala itu masih ada yang selamat dari berondongan peluru PKI dengan sembunyi di bawah jendela, Roqib namanya, yang akhirnya bisa menceritakan peristiwa di pabrik gula kepada masyarakat.

Kiai Soelaiman dibawa kereta ke Desa Soco dan 200 orang tersebut telah ditunggu oleh 2 sumur tua yang disediakan PKI.

Dengan kekejaman anggota PKI, mereka dimasukkan ke dalam sumur tua tersebut dalam keadaan hidup, kemudian dihujani batu kapur hingga menutupi semua lubang.

Hal ini sengaja dilakukan PKI secara diam-diam, sehingga masyarakat Desa Soco sekalipun tidak mengetahui peristiwa tersebut.

Namun yang mereka tahu, selama kurun waktu 7 hari, warga Desa Soco selalu mendengar dzikir tahlil yakni kalimat Laa Ilaaha Illallah tanpa mengetahui asal suara tersebut.

Setelah peristiwa ini diketahui, dipercayai oleh masyarakat bahwa Kiai Soelaiman sebagai seorang 'alim dan mempunyai spiritual tinggi, dia tidak langsung meninggal, melainkan masih sempat hidup dan berdzikir selama 7 hari.

Saat ini, di lokasi sumur tersebut telah berdiri monumen yang sebelumnya jasad para korban kekejaman PKI telah dipindahkan terlebih dahulu.

Di dekat monumen tersebut juga diletakan gerbong kertapati sebagai saksi bisu dari peristiwa yang menimpa 200 orang dari kalangan ulama dan santri termasuk Kiai Soelaiman.

Penggalian lubang tempat Kiai Soelaiman dan lainnya dikubur hidup-hidup, diketahui dilakukan pada tahun 1950, yakni 2 tahun pasca pemberontakan ini terjadi.

Hal ini atas dasar bocornya informasi tentang kuburan massal tersebut oleh anggota FDR yang kala itu ikut melakukan aksi kejam terhadap Kiai Soelaiman dan lainnya.***

 

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: Buku Kisah Nyata, Sejarah Banjir Darah para Kyai, Santri, dan Penjaga NKRI oleh Aksi-aksi PKI (2015)

Tags

Terkini

Terpopuler