Komnas HAM Desak Beri Sanksi Polisi yang Terbukti Lakukan Kekerasan di Wadas

16 Februari 2022, 08:00 WIB
Komisioner Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara. /Andi Susanto/IniPurworejo.com

PORTAL MAJALENGKA - Atas temuan Komnas HAM yang membuktikan adanya tindak kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian terhadap warga Desa Wadas, Jawa Tengah, Komnas HAM mendesak Kapolda untuk memberi sanksi tegas kepada polisi yang terbukti melakukan kekerasan.

Terutama saat pengamanan pengukuran lahan tambang batu andesit pada tanggal 8-9 Februari lalu.

Pernyataan itu disampaikan Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara dalam acara webinar, Selasa 15 Februari 2022.

Baca Juga: INILAH DAFTAR PUSAKA Milik Pangeran Walangsungsang Menurut Naskah Klayan, Golok Cabang Kalahkan Jagoan Galuh

Dia mengatakan, empat temuan awal Komnas HAM terkait kekerasan yang dilakukan polisi dan efek psikologisnya itu telah disampaikan kepada Kapolda Jawa Tengah kemarin.

"Kami meminta kepada kepolisian untuk memberi sanksi kepada aparat yang terbukti melakukan kekerasan," katanya.

Selain itu, Komnas HAM juga meminta Polisi tak mudah melabeli narasi dan unggahan dari lapangan atau dari Desa Wadas dengan label hoax atau kabar bohong.

Baca Juga: Link Streaming dan Perkiraan Pemain PSG vs Real Madrid Leg Kedua Babak 16 Besar Liga Champions

Rekomendasi Komnas HAM itu boleh jadi disebabkan narasi dan vidio dari lapangan itu benar adanya.

"Yang kedua kami minta kepolisian juga tidak mudah mencap hoax terhadap narasi atau kemudian postingan yang ada di lapangan yang mungkin berbeda dengan informasi atau data yang dimiliki oleh kepolisian," katanya.

Selain itu, Komnas HAM juga memberi catatan agar kekerasan yang dilakukan polisi kepada warga Desa Wadas tak terulang kembali pada hari-hari kedepan.

Baca Juga: SKOR HASIL AKHIR Persib Bandung vs PSIS Semarang Berbagi Angka 0 - 0

"Kemudian yang lain kami minta juga mencegah peristiwa yang sama berulang kembali," katanya.

Dia menjelaskan, peristiwa kekerasan yang dilakukan polisi terhadap warga telah menimbulkan kerenggangan sosial antar warga. Terutama antar yang pro dan kontra penambangan batu andesit.

Baca Juga: Tjipetir, Talenan Asal Sukabumi yang Sempat Menggegerkan Benua Eropa

"Padahal sebelumnya sekitar seminggu atau dua minggu sebelumnya (sebelum tanggal 8 Februari) warga sempat mulai agak cair lagi. Kenapa cair? karena ada wasiat Kyai lokal (Kiyai setempat), Kyai Syamsu sebelum meninggal ini tokoh yang dihormati di desa tersebut bawa warga Wadas Bersatulah tidak ada lagi terpecah-pecah baik Pro maupun kontra boleh tapi tidak menghilangkan persaudaraan kemanusiaan termasuk relasi sosial," katanya.***

Editor: Andra Adyatama

Tags

Terkini

Terpopuler