Hari Valentine, Momen Perjuangan Warga Sulawesi Utara Rebut NKRI dari Belanda

7 Februari 2022, 09:15 WIB
Hari Valentine, Momen Perjuangan Warga Sulawesi Utara Rebut NKRI dari Belanda. /Istimewa/TropenMuseum Belanda


PORTAL MAJALENGKA – Bagi anak milenial, tanggal 14 Februari adalah Hari Valentine atau yang dikenal dengan hari kasih sayang.

Pada Hari Valentine, mereka merayakannya dengan saling memberi ucapan, tukar menukar kado dan makan malam.

Tapi bagi generasi veteran, khususnya warga Sulawesi Utara, Hari Valentine identik dengan hari penuh perjuangan.

Baca Juga: Kasus Covid 19 Varian Omicron Melonjak, Menag Terbitkan Surat Edaran Kegiatan Peribadatan

Pasalnya, pada tanggal 14 Februari 1946 warga di Sulawesi Utara, mencurahkan kasih sayangnya bukan kepada pasangannya. Tapi, kepada Tanah Air Indonesia.

Melansir dari laman lpmpsulawesiutara.kemdikbud.go.id, pada 14 Februari 1946 di Kota Manado, telah terjadi peristiwa yang mirip-mirip dengan 10 November di Surabaya.

Momentum itu dikenal masyarakat Sulawesi Utara dengan Peristiwa Merah Putih.

Saat itu, ratusan tokoh dan pemuda pro kemerdekaan melancarkan serangan terhadap pasukan Belanda yang berusaha membungkam gaung kemerdekaan RI di Sulawesi Utara.

Baca Juga: Link Download Lagu Sekuat Sesakit Oleh Idgitaf, Mengisahkan Kehidupan Sehari-hari Seseorang

Dikutip dari laman ikpni.or.id, pada 14 Februari 1946 pukul 01.00 waktu setempat, sejumlah tentara Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger (KNIL) yang setiap terhadap Republik Indonesia menyerbu markas tentara NICA Belanda.

KNIL atau dikenal sebagai pasukan Kerajaan Hindia Belanda pribumi menyerbu markas militer tentara NICA Belanda yang ada di Teling, Manado.

Tidak hanya KNIL, berbagai elemen masyarakat di Sulawesi Utara seperti barisan pejuang dan lascar rakyat berusaha merebut kembali kekuasan atas Manado, Tomohon dan Minahasa.

Baca Juga: Lowongan Kerja Penerbit Buku Bentang Pustaka sebagai Admin Sosial Media

Perebutan tersebut ditandai dengan pengibaran bendera Merah Putih di tangsi Militer Belanda yang saat ini menjadi Markas Pomdam XIII/Merdeka.

Latar belakang dari peristiwa tersebut berawal dari berita proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, yang baru sampai di Sulawesi Utara pada 21 Agustus 1945.

Setelah mendengar kabar tersebut, seluruh kantor-kantor yang dulu diduduki Jepang langsung diambil alih, dengan mengibarkan bendera Merah Putih.

Baca Juga: Persib Bandung Kembali Kandas saat Kontra Bhayangkara FC, Laga Pekan Ke-23 Pangeran Biru Didera Covid-19

Namun, pada Oktober 1946 saat Belanda dan Sekutu mendarat di Sulawesi Utara, membuat suasana gaduh.

Belanda ingin Sulawesi Utara terutama Manado dikuasai kembali. Tapi, pribumi menolak dan melawan.

Namun, upaya perlawanan tersebut dapat dipatahkan oleh Belanda dan Sekutunya, sehingga wilayah Manado dan sekitarnya diduduki Belanda.

Baca Juga: Rekrutmen Pengawas Pemilu Tingkat Kecamatan Jelang PEMILU Serentak 2024

Melihat situasi tersebut, sejak 7 Februari 1946 dibantu para politisi seperti Bernard Wilhelm Lapian menyusun penyerangan.

Baru pada 14 Februari 1946 pemimpin militer Letkol Charles Choesj Taulu dan Sersan SD Wuisan langsung menggerakkan pasukan untuk ambil alih tangsi militer Belanda.

Puncak penyerbuan ditandai dengan merobek bendera Belanda yang awalnya berwarna merah, putih, dan biru menjadi merah dan putih serta dikibarkan diatas gedung markas Belanda.

Baca Juga: Hobi Bikin Konten? Penerbit Buku Bentang Pustaka Buka Loker untuk Konten Kreator

Kejadian ini lalu diberitakan berulang lewat siaran radio dan telegraf oleh Dinas Penghubung Militer di Manado.

Lalu,diteruskan oleh kapal Perang Australia SS “Luna” ke markas besar sekutu di Brisbane.
Radio di Australia menjadikan informasi tersebut sebagai berita utama, lalu disebarkan oleh BBC London serta Radio San Fransisco Amerika Serikat.

Sayangnya, aksi ambilalih ini tak memakan waktu lama. Pasalnya, pada awal Maret 1946, kapal perang Belanda “Piet Hein” tiba di Manado dengan membawa pasukan sekitar 1 batalyon.

Baca Juga: Film Ashiap Man, Debut Atta Halilintar Sebagai Sutradara

Pada 11 Maret 1946 para pimpinan gerakan Merah Putih diundang ke kapal Belanda untuk melakukan perundingan yang tujuan sebenarnya adalah untuk menahannya.

Sampai akhirnya, Belanda kembali menguasai Sulawesi Utara hingga kesepakatan dibuat dalam Perjanjian Meja Bundar di Den Hag, Belanda. Selawesi Utara kembali ke Republik Indonesia.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: lpmpsulawesiutara.kemdikbud.go.id ikpni.or.id

Tags

Terkini

Terpopuler