Tak Menyerah, Ini Cara Pelaku Sektor Pariwisata Bertahan di Tengah Pandemi

25 Juni 2021, 11:26 WIB
Pariwisata menjadi salah satu sektor yang paling terdampak pandemi. /Twitter.com/@DJPbKemenkeu_RI

 

PORTAL MAJALENGKA – Pariwisata menjadi salah satu sektor yang paling terdampak pandemi.

Dalam kondisi terhimpit pandemi COVID-19, upaya-upaya mempertahankan dan membangkitkan sektor ini terus dilakukan.

Diakui Maulana Yusran, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), kondisi industri pariwisata saat ini lebih berat dari tahun 2020 sebelumnya.

Baca Juga: Protokol Kesehatan Tidak Bisa Ditawar, Bila Pandemi Ingin Terkendali

Seperti yang dialami PT. Hotel Indonesia Natour (Persero) atau dikenal dengan sebutan HIN. BUMN yang bergerak di bidang jasa perhotelan tersebut harus merasakan turunnya tingkat hunian kamar hotel pada tahun 2020 lalu hingga 67% dari 2019.

“Tahun lalu tingkat hunian kita hanya sekitar 27% sepanjang tahun. Apalagi pendapatan kita 60-70% dari Bali, dampak pandemi ini sangat luar biasa bagi industri perhotelan,” terang Christine Hutabarat, Direktur Pengembangan Bisnis PT. HIN.

Meski berat, pelaku industri pariwisata mulai beradaptasi dengan tuntutan keadaan dan mempersiapkan diri demi menghadapi era pasca pandemi melalui penguatan standar kebersihan, kesehatan, keamanan dan kelestarian lingkungan.

Baca Juga: Sinetron Ikatan Cinta 25 Juni 2021, Roy Ungkap Rahasianya di Buku Harian Saat Al Ngamuk karena Panti Terbakar

Sertifikasi ini dikenal dengan nama CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety, Environment Sustainability).

CHSE diyakini Christie bukan sekadar jargon, namun sudah jadi identitas dalam melakukan
pelayanan di industri pariwisata. Sehingga nantinya bisa menumbuhkan kepercayaan masyarakat, sekaligus mengedukasi protokol kesehatan seperti yang dianjurkan pemerintah.

“Kalau protokol kesehatan, kita di industri hotel dan restoran termasuk yang paling berkomitmen. Di awal Maret 2020 saja, kita sudah menyusun standar protokol kesehatan. Perubahannya sampai tiga kali menyesuaikan Surat Edaran Menteri Kesehatan dan standar WHO. Kami justru mendukung PPKM Mikro yang dijalankan saat ini,” ungkap Maulana Yusran, Rabu 23 Juni 2021.

Baca Juga: Ramalan Zodiak 25 Juni 2021, Libra Jalin Hubungan Serius, Scorpio dan Sagitarius Butuh Modal Lebih

Selain upaya-upaya yang dilakukan melalui beradaptasi dengan keadaan, stimulus dari
Kemenparekraf sejak 2020 berupa Hibah Pariwisata maupun bantuan lainnya diakui sangat
membantu industri sektor pariwisata untuk bertahan.

“Stimulus dari pemerintah kami gunakan untuk beberapa hal, selain membantu membiayai operasional kami di masa permintaan yang rendah, juga membantu meningkatkan kualitas dari implementasi CHSE dan pelatihan tenaga kerja di HIN,” terang Christie.

Kondisi yang terjadi juga dirasakan pelaku bisnis kreatif yang jadi bagian dari ekosistem yang ada di lokasi pariwisata seperti di Bali.

Baca Juga: Ramalan Zodiak 25 Juni 2021, Capricorn Bingung dalam Berkarier, Aquarius dan Pisces Bisnis Anda Lancar

Cokorda Istri Julyana Dewi, pebisnis kerajinan perak dan tas kulit Cyn dari Gianyar, Bali menyampaikan, Dampak pandemi ini sangat berimbas.

Tapi kami tetap beradaptasi agar teman-teman pelaku industri kreatif di lokasi pariwisata bisa menyesuaikan karyanya dengan keadaan seperti sekarang ini.

Kerajinan perak yang dulunya dipandang perhiasan saja, diaplikasikan Juliyana agar mudah diterima konsumen di masa pandemi lewat mengkombinasikannya dengan tas kulit. Juliyana mengakui bahwa stimulus dan upaya yang dilakukan pemerintah turut mendukungnya
bertahan di tengah situasi sulit.

Baca Juga: Hongkong Tutup Pintu untuk Indonesia Mulai Jumat 24 Juni 2021

“Kami banyak tertolong oleh pemerintah yang sering mengadakan pelatihan pemasaran produk secara digital. Kita tentu harus terus beradaptasi dengan keadaan pandemi seperti saat ini. Terutama untuk membangkitkan kembali semangat pengrajin perak untuk melewati pandemi ini secara bersama,” pungkas Juliyana.***

Editor: Andra Adyatama

Tags

Terkini

Terpopuler