Keduanya sudah sekitar 10 tahun bekerja sebagai nahkoda perahu.
Bedanya perahu yang dinahkodai Dedi dan Yogi ini tidak menyediakan jembatan kala sungai dangkal, mereka tetap mengandalkan tali kawat seling.
Pekerjaan mereka lebih melelahkan karena satu orang penumpang pun harus tetap diangkut, tidak peduli dari arah mana datangnya, baik dari Pangkalanpari ataupun Ampel.
Mereka bekerja selama 24 jam terkecuali jika banjir dengan ketinggian muka air melebihi ambang batas.
“Kalau banjir dan debit air besar hingga 700 meter kubik per detik kami berhenti tidak bekerja," katanya.
"Di grup kami saling mengabari posisi air sungai. Kondisi sekarang kedalaman sungai diperkirakan hanya 2 meteran,” ungkap Dedi.
Dia sekaligus menjadi pemantau debit air dan harus melaporkannya ke BBWS Cirebon atau Pengelola Bendung Rentang.
Dalam sehari, menurut Supri dan Dedi, penghasilan dari jasa penyeberangan perahu bisa memperoleh Rp 300 ribu sampai Rp 400 ribu.
Dari total penghasilan dibagi dua dengan pemilik perahu, sehingga mereka setiap harinya memperoleh upah antara Rp 75 ribu hingga Rp 100 ribu
Menyinggung risiko kecelakaan, pengendara sepeda motor yang kurang hati-hati ternyata bisa masuk ke sungai.