Setibanya di medan pertempuran yang tengah berkecamuk, mendapati pasukan Kuningan terdesak. Para prajurit Cirebon dan Demak pun segera dikerahkan menyerbu pasukan Galuh dan Palimanan.
Perang pun terjadi dengan sengitnya. Bende ‘Si Bicak’ pun terus bergema mengiring derap semangat prajurit Cirebon dan Demak membabat musuh-musuhnya.
Baca Juga: KEUTAMAAN Sholawat Nabi Muhammad SAW dan Celakanya bagi Orang yang Tidak Mau Bersholawat
Suara gong ‘Beri’ milik kerajaan Galuh pun tidak mau kalah terus bergaung memacuh semangat prajurit-prajuritnya. Gegap gempita pekik suara bercampur dengan dentum meriam, bedil, tombak dan dan pedang beradu.
Dipati Sara yang merupakan petinggi di pihak Galuh merangsek maju membabat para prajurit Cirebon maupun Demak.
Melihat hal itu Tumenggung Jagabayan dari pihak Cirebon tidak mau tinggal diam. Ia pun lantas menghadang Dipati Sara.
Baca Juga: TERBARU, Terdapat 33 dari 125 Korban Meninggal Tragedi Kanjuruhan dari Kalangan Anak-Anak
Keduanya saling berhadapan kemudian terjadilah perang tanding. Saling menyerang dan berusaha untuk saling mengalahkan.
Akhirnya Dipati Sara pun harus mengakui keunggulan Tumenggung Jagabayan. Ia menyerah dan berhasil ditahan.
Setelah Tumenggung Jagabayan berhasil meringkus dan menahan Diapati Sara, datang Ki Limunding berusaha menusuk dengan tombaknya.