Diceritakannya, sekitaran seratus orang pekerja dipaksa untuk menceburkan di kė sungai. Perlahan-lahan, ratusan pekerja itu berbaris membangun sebuah barisan.
Mereka, satu persatu memapah sebuah papan kayu yang diangkat setinggi kemampuan tangan mereka. Barisan itu kemudian menjadi sebuah lintasan, mirip dengan jembatan.
Baca Juga: Tuban, Gerbang Terakhir Jalan Anyer Panarukan Warisan Daendels
“Dengan angkuhnya Daendels melintas bersama kereta kudanya," kata Kris.
Saat itu, kedatangan Daendels guna meninjau proyek Jalan Raya Pos sekaligus untuk meresmikan Benteng Belanda di Pulau Mengare, 25 kilometer di ujung utara Gresik.
Di Gresik, Daendels mendirikan sebuah benteng pertahanan pada 1808. Benteng itu bernama Lodewijk, salah satu persembahannya untuk sang raja Prancis saat itu, Louis Napoleon.
Baca Juga: Rompi Ontokusumo Sunan Kalijaga Dapat Kalahkan Kesaktian Nyi Roro Kidul: Kisah Walisongo
Selepas jembatan, kata Kris, semestinya ada satu pos perhentian kuda. Dulu masyarakat Gresik menyebutnya dengan brak. Hanya saja, peninggalannya tak lagi tersisa satu bata pun.
Gresik kini telah berubah, jembatan manusia itu kini telah berganti nama menjadi Jembatan Sembayat dan Jembatan Manyar.
Tentunya, dengan konstruksi kokoh dari beton berlapis. Rute ini, kini menjadi rute hilir-mudik berbagai truk pengangkut berbagai perusahaan besar di sana.