Rembang-Lasem Kota Seribu Pusaka, Menelusuri Jalan Raya Pos Warisan Daendels

- 3 September 2022, 14:53 WIB
Kota Rembang/jatengprov.go.id
Kota Rembang/jatengprov.go.id /

PORTAL MAJALENGKA - Penelusuran Jalan Raya Pos atau lebih dikenal Jalan Anyer Panarukan kali ini membahas sekitar Rembang, Jawa Tengah.

Jalan poros yang dibangun Gubernur Jenderal Hindia Belanda Daendels itu memanjang dari ujung Barat hingga Timur Pulau Jawa.

Keluar dari Juwana, Jalan Raya Pos menyusuri bibir pantai ke timur sedikit utara melewati jalur nasional.

Baca Juga: Juwana Kota Penting Zaman Daendels yang Kini Terlupakan

Empat puluh dua kilometer, hingga sampai ke Rembang. Pemandangan yang tersaji sungguh memanjakan mata: tambak garam dengan beberapa gudang penumpukannya berbaris rapi.

Di sini, Jalan Raya Pos kembali membuat lengkungan jalan ke utara, sesekali ke selatan di daerah Kaliori. Ini mengikuti kondisi geografis daerah setempat.

Groote Postweg, salah satunya dibangun masih di atas rawa dan jalur ini teradang Gunung Lasem di arah timur

Baca Juga: Bukan Orang Sembarangan, Inilah Karomah-karomah Syekh Yasin Al-fadany

Komunitas Pelestari Pusaka Bhre Lasem yang merupakan komunitas pengawal keberadaan peninggalan sejarah itu memaparkan secara detail keberadaan Jalan Raya Pos dan beberapa manifestonya

Lasem telah memiliki peradaban sendiri jauh sebelum keberadaan Jalan Raya Pos. Artinya, kata Mathoya, pimpinan komunitas itu, Daendels hanya menghubungkan jalur-jalur yang telah ada sebelumnya.

Lasem merupakan kota pelabuhan terbesar yang dimiliki Majapahit di Jawa Tengah selain Juwana. Pada abad ke-14, Lasem bahkan berikrar sebagai kerajaan sendiri saat dipimpin Rajasaduhta Indudewi, sepupu Hayam Wuruk

Baca Juga: Meraba Kejayaan Pati, Ibukota Keresidenan Zaman Kolonial Belanda

Di Rembang, tidak banyak cerita yang didapat. Satu mungkin yang menarik, rumah dinas bupati Rembang yang kini menjadi Museum RA Kartini.

Konon, setelah dipersunting Bupati Rembang Djojo Adiningrat, di sinilah Kartini menuliskan ide-idenya untuk memajukan kaum wanita bangsanya

Cukup dengan melajukan kendaraan secara pelan, tibalah penulis di daerah Kiringan, tepatnya tiga kilometer dari Kota Rembang. Jalan Raya Pos membentuk lengkungan yang cukup tajam.

Baca Juga: Mengenal Syekh Yasin Al-fadany, Sang Ahli Sanad Dunia

Logika sederhana, ini untuk menghindari medan sulit yang datang dari keberadaan posisi Gunung Lasem di depan mata

Sisa-sisa rel trem pada akhir abad ke-20 juga mengikuti lengkungan tajam mengiringi irama belokan ke utara jalan raya.

Trem bikinan Belanda merupakan sisa kejayaan Lasem yang mengalami kemajuan besarnya pengujung abad ke-19. Rel kereta menghubungkan Lasem dengan kota-kota pedalaman, seperti Bojonegoro, Blora, hingga Surabaya

Baca Juga: GRATIS DOWNLOAD Video YouTube, TikTok dan Instagram Menjadi MP3 dan MP4 Via Savefrom

"Kiringan merupakan satu dari dua pelabuhan yang dimiliki Lasem selain Pelabuhan Regol,kata Baskoro sembari menunjuk ke arah utara (kiri) jalan. Di pelabuhan ini, sempat ditemui peninggalan kapal abad ke-7 yang menandakan Lasem telah kehadiran aktivitas pada saat itu

Tujuh kilometer ke arah timur, masih memantai dan melulu gudang garam, pusat kota Lasem di depan mata. Memasuki kota ini, Jalan Raya Pos berganti nama menjadi Jalan Raya Sunan Bonang yang diambil dari nama wali yang masyhur di daerah itu.

Di sini terasa Daendels tidak mengubah secara sadis morfologi kota. Permukiman Cina masih bertahan dengan umurnya yang lebih dari empat abad

Baca Juga: ABU NAWAS MATI setelah Menjual Raja Harun Al Rasyid sebagai Budak, Ini yang Terjadi

"Kampung Gedungmulyo (1590), Babagan (1590), Sodetan, dan Karang Turi sejak abad ke-18,kata Baskoro seperti dikutip dalam Buku Napak Tilas Jalan Daendels karya Angga Indrawan.

Permukiman itu, kata Pop, sapaan akrab Baskoro, merupakan permukiman yang sedikit banyak penuh lantaran tumpahan eksodus Cina Batavia pascapemberontakan zaman VOC 1740

Tepat 200 meter setelah Alun-Alun Lasem, Jalan Raya Pos kembali berbelok ke arah utara, sekali lagi menghindari angkuhnya Gunung Lasem yang berdiri di ketinggian 806 mdpl.

Baca Juga: GRATIS DOWNLOAD Lagu dari YouTube menjadi MP3 MP4 Via y2mate

Kendati demikian, Daendels bukan berarti takut dengan gunung yang memiliki titik tertinggi di puncak Argopuro itu. Belokan ke utara itu lebih karena telah ada jalan lokal kerajaan sebelumnya pada masa Kerajaan Lasem. 

"Satu masa ada perpindahan letak keraton dari Bonang menuju Lasem. Artinya, sudah ada jalur yang terbuka di sini,kata Pop

Bonang sendiri merupakan lokasi di tiga kilometer alun-alun ke arah timur Jalan Raya Pos. Jalur ini kemudian menyisir lebih dekat ke pantai.

Baca Juga: Abu Nawas Mau Terbang Gegerkan Penduduk Baghdad, Apakah yang Terjadi?

Di sepanjang jalur ini, Pop bercerita. Konon, proyek pengerasan jalan dilakukan pekerja dengan menghancurkan beberapa candi peninggalan Majapahit dan Lasem

Jalan Raya Pos di Lasem berakhir di Pantai Bonang Binangun. Pantai tempat bersandar banyak kapal ini disebut-sebut sebagai lokasi yang paling indah untuk menikmati surya terbenam.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku Napak Tilas Jalan Daendels


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x