Keraton Demak yang Hilang, Tertutup Jalan Anyer Panarukan Warisan Daendels

- 2 September 2022, 06:30 WIB
Potret Masjid Demak masa lalu. Menelusuri jalan Anyer Panarukan warisan Daendels
Potret Masjid Demak masa lalu. Menelusuri jalan Anyer Panarukan warisan Daendels /KITLV

PORTAL MAJALENGKA - Penelusuran Jalan Raya Pos atau lebih dikenal Jalan Anyer Panarukan kali ini membahas sekitar Demak, Jawa Tengah.

Jalan poros yang dibangun Gubernur Jenderal Hindia Belanda Daendels itu memanjang dari ujung Barat hingga Timur Pulau Jawa.

Sepanjang 25 kilometer penulis melalui Jalan Semarang Demak, Jalan Raya Buyaran, dan Jalan Sultan Fatah, Groote Postweg melintas Kota Demak melalui Jalan Sultan Trenggono.

Baca Juga: CARA MEMBEDAKAN Channa Stewartii Jantan dan Betina, Identifikasi Dasar untuk Referensi Pemula

Sejarah kebesaran Kerajaan Demak hanya tersisa dari cerita Masjid Agung dan alun-alunnya yang saat kami datangi tengah dalam renovasi. 

Semua kalangan bersepakat, Demak merupakan sebuah wilayah tempat lahirnya kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.

Di lokasi yang pada abad ke-15 dikenal dengan nama Bintoro atau Gelagahwangi ini, Demak mengibarkan panji politik dan dakwahnya bersamaan keruntuhan Kerajaan Majapahit.

Baca Juga: Pakan Alternatif Terbaik Ikan Mas Koki, Efektif Cegah Sembelit, Pencernaan Lancar

Selat Sunda hingga Kerajaan Pajajaran, merupakan dua wilayah taklukannya yang selalu dikenang dalam sejarah. 

Kerajaan Demak secara geografis terletak di daerah Bintoro yang dulu merupakan muara sungai. Ini bisa dilihat dengan berbagai bangunan arsitekturnya yang mengarah ke laut.

Soal nama, ada berbagai versi. Yang hampir mendekati, kata demak berasal dari kata delamak yang dalam bahasa Sansekerta berarti rawa-rawa. 

Baca Juga: Abu Nawas Menghitung Bintang di Langit

Kerajaan besar yang didirikan oleh Raden Patah itu hampir tak bersisa. Pencarian peninggalan keraton sebagai pusat pemerintahan selalu menjadi kajian populer para pegiat sejarah setempat. 

Beberapa sejarawan meyakini, sisa kebesaran keraton kini terpendam di sekitar alun-alun. Selaras dengan cerita warga setempat, pada dekade 1980-an, pernah dilakukan penggalian.

Saat itu di sekitar alun-alun ditemukan puing-puing reruntuhan tembok kerajaan dari batu dan karang, sisa bangunan khas sebuah kerajaan di pesisir. 

Baca Juga: Gus Miek Bongkar Kewalian Pengemis Misterius, Ternyata Orang Ini yang Dicari Kyai Mahrus Ali Lirboyo

Prof Dr Wasino kembali meyakini, Jalur Daendels berperan besar dalam upaya membuat kondisi Keraton Demak kian memfosil.

Groote Postweg meratakan sisa kerajaan seiring kebutuhannya untuk pergerakan militer pimpinannya saat itu.

Dari pola yang masih bisa dilihat sekarang, jalur dengan fondasi Groote Postweg membelah secara kasar posisi alunalun menjadi dua bagian. 

Baca Juga: Jenis-Jenis Pakan Sesuai Ukuran Ikan Channa Kategori Panjang Tubuh Maksimal 20 cm Lebih

"Ada kemungkinan besar sebagian keraton kini tertutup jalan raya," kata Wasino. Bahkan, sisa keraton itu semakin hilang seiring dengan pembuatan jalur kereta api Semarang-Juwana melalui Demak pada akhir abad ke-19. 

Soendjojo (66 tahun), sesepuh setempat yang kami temui juga menyebut bahwa di alun-alunlah posisi keraton berada. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan sebuah kampung yang bernama Pungkuran dan Merbotan. 

Dari segi bahasa, pungkuran berarti bagian belakang, yang sederhananya menggambarkan sebuah perkampungan yang terletak di bagian belakang keraton.

Baca Juga: Abu Nawas Berpura-pura Mati Agar Bebas Hukuman dan Diampuni oleh Raja Harun Ar Rasyid

Begitu juga dengan Kampung Merbotan, yang berarti permukiman para petugas masjid dan juga sekaligus abdi keraton. 

"Posisinya pun berada di belakang alun-alun," ujarnya seperti dikutip dalam Buku Napak Tilas Jalan Daendels karya Angga Indrawan

Bangunan SMPN 2 merupakan sebuah transformasi besar Demak yang disulap sebagai roda perekonomian kolonial.

Baca Juga: Pemerintah Bakal Salurkan Bantuan Sosial Tambahan Rp24,17 Triliun, Ini Kata Menteri Keuangan

Semenjak dikuasai Belanda, bangunan ini bercerita tentang perannya sebagai gudang penumpukan garam, hasil laut yang sempat digenjot pada abad ke-19 dan 20

Selain gudang garam, Daendels dan penerusnya membangun pemerintah kecil dengan membangun kantor bupati, kantor pos, penjara, dan bangunan lain.

Sebagian besar bangunan bangunan itu meski berubah fungsi, dapat ditemui bekas bangunannya.***

 

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku Napak Tilas Jalan Daendels


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x