“Kita sangat mengharapkan, seluruh pihak menyadari bahwa pandemi belum usai, positive rate-nya juga masih tinggi. Penerapan protokol kesehatan itu tidak boleh ditawar,” terang Dr. Ede.
Lebih lanjut lagi Dr. Ede menyampaikan bahwa konteks protokol kesehatan yang utama dalam pandemi adalah menjaga jarak. Implikasi dari jaga jarak ini otomatis mencegah kerumunan. Baru yang kedua memakai masker. Ketiga, tentu saja sering mencuci tangan.
Baca Juga: Tingkatkan Kompetensi Guru, P3M UNMA Gelar Diklat Penguatan Literasi Digital
"Nah, abainya kita mematuhi protokol kesehatan inilah yang akan sangat berisiko,” ujarnya.
Dr. Ede juga menghimbau agar mudik atau melakukan mobilitas secara massal sebisa mungkin untuk dihindari.
“Kalau bisa semua tetap berada di kota masing-masing. Mobilitas biasanya akan mendorong dua hal: satu, berkerumun; yang kedua, kelelahan. Dua hal ini yang membuat orang menjadi rentan terkena infeksi penyakit menular,” terangnya.
Baca Juga: Dikabarkan Tak Lolos Tes Wawasan Kebangasaan, Novel Baswedan Ungkap Adanya Upaya Menyingkirkan
Untuk mencegah laju penularan COVID-19 di Indonesia tidak terkendali, Dr. Ede menyarankan tahun ini masyarakat tidak melakukan perjalanan mudik lebaran.
“COVID-19 masih ada dan potensi untuk tertular masih besar. Lebih baik, kita khusyuk, kemudian silaturahmi secara virtual. Rasa-rasanya hal tersebut tidak mengurangi esensinya,” tegasnya.***