Ahli: Perketat Prokes 3M dan Hindari Mobilitas Kunci Tekan Laju COVID-19

- 4 Mei 2021, 15:27 WIB
Update kasus varian baru Covid-19 (B117, B1617, dan B1351) di beberapa provinsi pada 4 pekan terakhir yang sentuh 36 hingga 75 persen.
Update kasus varian baru Covid-19 (B117, B1617, dan B1351) di beberapa provinsi pada 4 pekan terakhir yang sentuh 36 hingga 75 persen. /YouTube Kementerian Kesehatan RI

PORTAL MAJALENGKA – Pemerintah sangat perlu untuk mempelajari peningkatan kasus COVID-19 yang terjadi di India. Faktor kerumunan sosial, baik kerumunan pada upacara agama dan juga kampanye politik jadi pemicu tingginya kasus COVID-19 di India.

Prof. Dr. Drh. I Gusti Ngurah Kade Mahardika, Guru Besar Virologi Universitas Udayana
menyampaikan, Pelajaran yang harus diambil adalah dengan kasus COVID-19 yang meningkat, maka akan diikuti oleh peningkatan fatalitas atau kematian.

Memang menurut Prof. Mahardika, virus COVID-19 sangat mudah tersebar melalui pergerakan manusia.

Baca Juga: Indikasi Lonjakan Kasus COVID-19, Kemenkes Imbau Masyarakat Perketat Protokol Kesehatan

“Pergerakan orang inilah yang selalu membawa virus ini, bukan melalui angin, hewan,
dan sebagainya. Kalau ingin menekan mutasi, pertama kurangi jumlah orang tertular dan yang kedua membatasi pergerakan manusia,” terangnya.

Meskipun pemerintah sudah mengintervensi pandemi COVID-19 dengan program vaksinasi
nasional, Prof. Mahardika menilai masyarakat harus tetap waspada dan tidak perlu euforia
terlebih dahulu.

“Kita harapkan dari vaksin COVID-19 adalah kita terpapar virus, tapi kemudian
kita tidak bergejala yang berat. Kedua, orang yang sudah divaksinasi, kemungkinan masih
membawa virus tapi viral low, sehingga peluang menularkan virus jauh lebih rendah dibandingkan orang yang tidak divaksinasi,” terangnya lebih lanjut.

Baca Juga: Ahli Ilmu Kesehatan Anak: Siapkan Hal Ini Sebelum Buka Sekolah Kembali

Di sisi lainnya, Dr. Ede Surya Darmawan, SKM, MDM, Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan
Masyarakat Indonesia (IAKMI) menyampaikan bahwa masyarakat perlu menyadari bahwa saat ini kita masih dalam kondisi pandemi.

“Kita sangat mengharapkan, seluruh pihak menyadari bahwa pandemi belum usai, positive rate-nya juga masih tinggi. Penerapan protokol kesehatan itu tidak boleh ditawar,” terang Dr. Ede.

Lebih lanjut lagi Dr. Ede menyampaikan bahwa konteks protokol kesehatan yang utama dalam pandemi adalah menjaga jarak. Implikasi dari jaga jarak ini otomatis mencegah kerumunan. Baru yang kedua memakai masker. Ketiga, tentu saja sering mencuci tangan.

Baca Juga: Tingkatkan Kompetensi Guru, P3M UNMA Gelar Diklat Penguatan Literasi Digital

"Nah, abainya kita mematuhi protokol kesehatan inilah yang akan sangat berisiko,” ujarnya.

Dr. Ede juga menghimbau agar mudik atau melakukan mobilitas secara massal sebisa mungkin untuk dihindari.

“Kalau bisa semua tetap berada di kota masing-masing. Mobilitas biasanya akan mendorong dua hal: satu, berkerumun; yang kedua, kelelahan. Dua hal ini yang membuat orang menjadi rentan terkena infeksi penyakit menular,” terangnya.

Baca Juga: Dikabarkan Tak Lolos Tes Wawasan Kebangasaan, Novel Baswedan Ungkap Adanya Upaya Menyingkirkan

Untuk mencegah laju penularan COVID-19 di Indonesia tidak terkendali, Dr. Ede menyarankan tahun ini masyarakat tidak melakukan perjalanan mudik lebaran.

“COVID-19 masih ada dan potensi untuk tertular masih besar. Lebih baik, kita khusyuk, kemudian silaturahmi secara virtual. Rasa-rasanya hal tersebut tidak mengurangi esensinya,” tegasnya.***

Editor: Andra Adyatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah