PORTAL MAJALENGKA - Objek wisata Situ Sangiang Majalengka memang kerap dikunjungi wisatawan, terutama saat liburan tiba.
Namun ternyata, objek wisata Situ Sangiang Majalengka sudah lama dibangun sejak masa kolonial Belanda. Karenanya, tempat ini jadi destinasi wisata legendaris.
Maka tak heran, selain menikmati panorama alam di Situ Sangiang, wisatawan juga penasaran akan sejarah dan misteri di dalamnya.
Baca Juga: Rekomendasi 5 Wisata Kuliner Khas Kudus yang Wajib Kamu Coba, Tidak Mudah Ditemukan di Kota Lain
Dikutip Portal Majalengka dari laman tngciremai.menlhk.go.id, sejarah kawasan konservasi di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) ini sudah dimulai sejak abad ke-14 Masehi.
Dikisahkan, kawasan Situ Sangiang Majalengka merupakan wilayah Kawedanaan Talaga yang dipimpin Sunan Talaga Manggung.
Sunan Talaga Manggung ini dua orang anak. Yakni putra sulung bernama Raden Panglurah dan adiknya perempuan bernama Ratu Simbar Kencana.
Setelah dewasa, berbeda dengan kakaknya yang memilih bertapa untuk menambah ilmu kanuragan, Ratu Simbar Kencana bertahan di istana dan menikah dengan Palembang Gunung.
Namun ternyata, dalam perjalanannya, Patih Palembang Gunung memendam impian menjadi raja di Talaga Manggung.
Konon, secara diam-diam, Patih Palembang Gunung menghimpun kekuatannya, termasuk orang kepercayaan raja yang bernama Centang Barang. Centang Barang ini mempunyai tombak yang dipercaya dapat mengalahkan raja.
Kemudian dalam sebuah kesempatan, Centang Barang yang merupakan suruhan Palembang Gunung berhasil membunuh Sunan Talaga Manggung.
Namun, setelah raja terbunuh, Centang Barang bertingkah aneh. Dia menjadi gila dan menggigit-gigit anggota badannya sendiri hingga akhirnya tewas.
Kabar tersebut segera didengar oleh Patih Palembang Gunung dan bergegas menengoknya.
Singkat cerita Patih Palembang Gunung sampai di lokasi, namun yang mengagetkannya ia tak menemukan keraton beserta isinya.
Baca Juga: Wisata Kuliner Legendaris Khas Cirebon yang Unik dan Enaknya Tidak Terlupakan, Kamu Harus Coba
Konon katanya, yang ada di keraton hanya sebuah situ. Segenap isi keraton termasuk raja, permaisuri, para dayang, prajurit dan abdi dalem berubah wujud menjadi ikan yang hingga kini masih bisa dijumpai di danau yang kini dikenal sebagai Situ Sangiang di Desa Sangiang, Desa Banjaran, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.***