Syekh Sunan Rohmat Suci Kalah Adu Sakti dengan Sayyidina Ali, Wali Zaman Sunan Gunung Jati

- 31 Maret 2023, 12:05 WIB
 Sunan Gunung Jati. Syekh Sunan Rohmat Suci Kalah Adu Sakti dengan Sayyidina Ali, Wali Zaman Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati. Syekh Sunan Rohmat Suci Kalah Adu Sakti dengan Sayyidina Ali, Wali Zaman Sunan Gunung Jati /YouTube Penerus Para Wali

PORTAL MAJALENGKA - Kisah Syekh Sunan Rohmat Suci kalah adu sakti dengan Sayyidina Ali, kisah Wali sezaman dengan Sunan Gunung Jati.

Syekh Sunan Rohmat Suci adalah panggilan Raden Kian Santang yang di masa mudanya kerap melakukan pengembaraan.

Sedangkan bRaden Kian Santang sendiri merupakan Putra Prabu Siliwangi, adik Dewi Rara Santang, yang artinya paman Sunan Gunung Jati. 

Baca Juga: Syekh Subakir Pasang Tumbal di Tanah Jawa, Kisah Wali sebelum Sunan Gunung Jati

Kian Santang kecil hidup di lingkungan istana dengan dilatih ilmu bela diri dan olah kanuragan.

Menginjak dewasa, Raden Kian Santang tumbuh menjadi sosok kesatria Pajajaran yang sakti mandraguna.

Sang ayah Prabu Siliwangi sangat bangga dan mengangkatnya menjadi senopati Pajajaran. 

Baca Juga: 6 Orang Sakti Mandraguna di Lingkaran Sunan Gunung Jati

Selama hidup di istana, Raden Kian Santang serba kecukupan, tetapi merasa kurang mengenal jati dirinya.

Selain itu, dia juga merasa jenuh karena tidak ada satu pun ksatria yang mampu mengalahkan kesaktiannya.

Diceritakan, Raden Kian Santang kemudian mendatangi peramal karena ingin tahu siapa lawan tangguh yang dapat menandinginya.

Baca Juga: Prabu Siliwangi, Sosok Sakti Kakek Sunan Gunung Jati yang Hobi Berkelana

Lalu, Raden Kian Santang diberi petunjuk bahwa orang yang dapat menandinginya adalah Sayyidina Ali dari Tanah Arab.

Sebetulnya, Sayyidina Ali hidup pada abad ke-7 dan telah wafat saat itu. Tetapi mereka dapat dipertemukan secara goib dengan kekuasaan Allah SWT. Wallahu alam.

Raden Kian Santang harus melakoni dua syarat agar dapat bertemu Sayyidina Ali.

Yaitu melakukan semedi di Ujung Kulon dan mengganti nama menjadi Galantrang Setra. Galantrang berarti berani dan Setra berarti bersih atau suci.

Raden Kian Santang segera melakukan perjalanan ke Arab untuk menemui Sayyidina Ali.

Dengan ajian Napak Sancang yang mampu mengarungi lautan dengan berkuda.

Sesampainya di Mekkah, Raden Kian Santang bertemu seseorang dan kemudian menanyakan keberadaan Sayyidina Ali.

Orang tersebut mau memberi tahu keberadaan Sayyidina Ali dengan syarat Raden Kian Santang bisa mencabut tongkat yang ditancapkan di tanah.

Diluar dugaan  Raden Kian Santang kesulitan mencabut tongkat itu hingga badannya berdarah-darah.

Raden Rara Santang menyerah setelah berupaya untuk menyelesaikan syarat yang dianggap sangat mudah.

Setelah kejadian itu, baru diketahui bahwa sosok yang menancapkan tongkat itu adalah Sayyidina Ali.

Sejak bertemu Sayyidina Ali, Raden Kian Santang memutuskan untuk tetap tinggal di Mekkah dan memperdalam agama Islam.

Raden Kian Santang menetap cukup lama dii Mekkah hingga akhirnya memutuskan untuk kembali ke Pajajaran menyebarkan Islam.

Disclaimer: kisah ini diambil dari satu versi, kemungkinan ada perbedaan dengan versi cerita lainnya.***

Editor: Muhammad Ayus


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x