PORTAL MAJALENGKA – Sultan Hasanuddin yang merupakan putra Sunan Gunung Jati sekaligus raja pertama kerajaan Banten merupakan sosok raja yang sukses dalam memimpin.
Di tangan sultan Hasanuddin, Banten berhasil menjadi salah satu pusat penyebaran Islam di tanah Jawa.
Sebelumnya, Banten merupakan salah satu wilayah kekuasaan kerajaan Pajajaran dan berhasil ditaklukkan oleh Sunan Gunung Jati dan pasukan Demak.
Baca Juga: Update Tragedi Kanjuruhan, Mahfud MD Sebut Bakal Ada Aturan Baru dan Akan Disampaikan Ke Presiden
Awalnya, kerajaan Banten dipimpin langsung oleh Sunan Gunung Jati. Namun, beliau memutuskan kembali ke Cirebon dan menyerahkan kerajaan Banten ke putranya yaitu Sultan Hasanuddin.
Kekuatan sultan Hasanuddin ternyata mampu membuat Banten sejahtera, sehingga dalam catatan sejarah, saat itu Sultan Hasanuddin memutus hubungan dengan Demak.
Terlebih saat itu kondisi Demak sedang lemah sebab perebutan tahta antar kerabat kerajaan.
Baca Juga: Dugaan Ada Sosok Kuat di Balik Tragedi Kanjuruhan, TGIPF: Kok Bisa Polres Malang Tunduk?
Kejayaan Banten terus berlanjut sampai kepada generasi ketiga, cucu Sultan Hasanuddin yang bernama Sultan Maulana Muhammad.
Di masa Sultan Maulana Muhammad, Banten ingin memperluas kekuasaannya sampai ke Palembang.
Saat itu, Palembang dipimpin oleh ki Gede ing Suro, seorang penyebar Islam keturunan Majapahit yang mendirikan kerajaan Palembang sekaligus pemimpin.
Baca Juga: Inilah Alasan Kenapa Walisongo Hanya Ada di Pulau Jawa
Di bawah pemerintahan ki Gede ing Suro, Palembang termasuk kerajaan maju.
Hal demikian membuat Banten merasa tersaingi. Sehingga, Sultan Maulana Muhammad berniat untuk menaklukkan Palembang.
Namun, naas perjuangan sultan Maulana Muhammad untuk menaklukkan Palembang gagal.
Baca Juga: Ustadz Zainuddin Asal Dermo Plosoklaten Kediri Dimutilasi PKI dan Potongan Tubuhnya Disebar
Dalam misinya untuk menaklukkan Palembang, Sultan Maulana Muhammad terkena tembakan peluru yang mengakibatkan dia gugur dan pasukan Banten terpaksa mundur.
Gugurnya sultan Maulana Muhammad, meninggalkan putra mahkota yang masih belia. Sehingga belum bisa meneruskan tahta kerajaan Banten.***