Aksi Abu Nawas Jual Matahari, Guna Mengkritik Infrastruktur Negara

- 23 September 2022, 17:42 WIB
Ilustrasi Abu Nawas. Aksi Abu Nawas Jual Matahari, Guna Mengkritik Infrastruktur Negara
Ilustrasi Abu Nawas. Aksi Abu Nawas Jual Matahari, Guna Mengkritik Infrastruktur Negara /Tangkapan layar YouTube Abot Story

PORTAL MAJALENGKA - Sosok Abu Nawas sangat populer di kalangan masyarakat dunia terutama masyarakat Indonesia. Hal ini karena, kisah Abu Nawas itu dikenal mampu mengocok perut.

Abu Nawas yang bernama lengkap Abu Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami merupakan tokoh sufi juga penyair kenamaan yang cerdik dan cerdas.

Abu Nawas juga merupakan sosok yang sangat dekat dengan Raja Harun Al Rasyid. Sehingga tak jarang Raja meminta bantuan pada Abu Nawas.

Baca Juga: Jawaban Cerdas Abu Nawas , Lebih Memilih Kekayaan daripada Kebijaksanaan

Pernah pada suatu ketika Abu Nawas melakukan kegaduhan di Baghdad hingga membuat masyarakat marah.

Saat itu Abu Nawas memasang baliho besar di depan rumahnya dan bertuliskan menjual matahari.

Perbuatan Abu Nawas yang memasang iklan menjual matahari membuat masyarakat Baghdad marah dan bersama-sama menuju istana khalifah Harun Al-Rasyid untuk melaporkan perilaku Abu Nawas.

Baca Juga: Tidak Ingin Keledainya Dibeli Warga, Abu Nawas Menjual Keledai dan Sepatu Keledai dengan Harga 100 Dinar

Masyarakat Baghdad saat itu cemas dan khawatir jika matahari Baghdad benar-benar dijual oleh Abu Nawas, sehingga tidak akan ada lagi kehidupan di Baghdad saat matahari Baghdad dijual oleh Abu Nawas.

Hampir semua masyarakat Baghdad berkumpul di depan Istana menunggu sang Khalifah Harun Al-Rasyid saat itu.

Khalifah Harun Al-Rasyid pun akhirnya menanyakan tindakan Abu Nawas secara langsung.

Baca Juga: Abu Nawas Duduk di Singgasana Baginda Raja, Tidak Dihukum Mati Karena Ucapannya yang Menyentuh

"Abu Nawas Antum serius mau menjual matahari?," tanya khalifah Harun Al-Rasyid sambil mengamati masyarakat yang datang.

"Benar Baginda supaya kita bisa ikut cara mereka menggunakan otak," jawab Abu Nawas.

"Apa maksud antum?," tanya khalifah kaget.

"Begini Baginda apakah infrastruktur di Baghdad terbangun hebat di zaman Baginda? Baginda bangga bisa menjadi teladan buat rakyat bahwa selama menjabat jadi khalifah?

Baginda tidak korupsi, Baginda senang tidak mempertontonkan keserakahan dengan menguasai ratusan ribu hektar padang pasir padahal Baginda bisa melakukannya dengan kekuasaan yang sekarang Baginda genggam," jawab Abu Nawas.

"Abu Nawas coba ke inti masalah," jawab sang khalifah.

"Jika Baginda turun dan tanya masa yang sekarang berdemonstrasi itu ketahuilah bahwa mereka akan menjawab buat apa bangun infrastruktur. Infrastruktur kan tidak bisa dimakan. Kadi jalan-jalan mulus yang Baginda bangun selama ini, puluhan bendungan yang Baginda banggakan, lapangan terbang, rel kereta api, pasar-pasar, itu semua percuma tak bisa dimakan," ucap Abu Nawas.

Khalifah Harun Al-Rasyid pun terdiam

"Baginda bangga tidak korupsi? anak Baginda jual pisang goreng itu malah membuat mereka marah dan cemburu. Buat mereka Baginda mestinya korupsi agar mereka tak repot-repot lagi bikin isu tidak masuk akal. Misalnya Baginda keturunan Mongolia, Baginda memusuhi ulama, Baginda membiarkan partai Butch yang sudah dilarang tumbuh lagi. Wah pokoknya banyak Baginda," ucap Abu Nawas lagi.

"Lalu apa hubungannya dengan menjual matahari?," tanya sang Khalifah Harun Al-Rasyid.

Abu Nawas pun kemudian menjelaskan bahwa apa yang dianggap Khalifah Harun Al-Rasyid sebagai prestasi, namun justru dianggap pemborosan dan membebani negara karena masyarakat terbiasa melihat semua prestasi yang ada di ruang gelap.

"Tapi kalaupun mata mereka tak melihat di ruang gelap bukankah telinga mereka bisa mendengar hati mereka terbuka. Bagaimana mungkin mereka menuduhku memusuhi ulama padahal wakilku sekarang adalah ulama jika pun mereka tak suka aku, bukankah kepada mereka sekarang aku sodorkan ulama yang dulu mereka bela. Mengapa sekarang mereka tinggalkan?," ucap sang Khalifah Harun-Rasyid.

"Baginda itulah enaknya melihat dunia di ruang gelap sambil terbalik kita bisa menikmati apa yang mereka nikmati selama ini. Baginda tidak capek berpikir rasional?," jawab Abu Nawas.

Khalifah Harun Al-Rasyid pun terdiam

"Percayalah Baginda hanya dengan melihat segala sesuatu di kegelapan Baginda akan paham mengapa selama ini mereka melihat infrastruktur megah, pemerataan pembangunan di daerah tertinggal. Semuanya sama sekali tak berguna karena tak bisa dimakan. Mohon jangan katakan infrastruktur memang tak bisa dimakan tapi dengan infrastruktur kita semakin mudah cari makan. Itu cara berpikir rasional dan normal Paduka," jawab Abu Nawas.

Khalifah kali ini diam saja dan membenarkan ucapan Abu Nawas.

Itulah kisah kecerdasan dan kecerdikan Abu Nawas dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi.***

 

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: YouTube Al Fathan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x