Mengenal Sosok Hafizh Al-Syirazi, Sang Penyair Persia Kaliber Internasional Abad XIII

- 17 Agustus 2022, 07:30 WIB
Ilustrasi ilmuan muslim Hafizh Al-Shirazy
Ilustrasi ilmuan muslim Hafizh Al-Shirazy /

PORTAL MAJALENGKA - Hafizh Al Syirazi merupakan seorang penyair asal Persia yang Abadi serta termasuk dari empat "soko guru" persajakan Persia.

Ia di juluki oleh para pemujanya dengan sebutan "Lisan Al-Ghaib" (Lidah Ghaib) dan "Tarjumanul Asrar" (Penafsir Kegaiban).

Ayahnya bernama Bahauddin, yang merupakan saudagar kaya, namun ia meninggal saat masih usia muda serta meninggalkan 3 orang putra, dan Hafizh merupakan yang termuda diantara tiga saudara lainya.

Baca Juga: Habib Hamid AL Kadrie Sultan Hamid II Sang Pencipta Lambang Negara Indonesia

Namun sangat disayangkan harta kekayaannya yang banyak itu akhirnya ludes dikarenakan dua saudaranya yang bertipe pemboros dan suka berfoya-foya menghamburkan harta warisan keluarga hingga pada akhirnya keluarga pun jatuh miskin.

Hafidz Al-Syirazi sendiri lebih suka tinggal dengan ibundanya dan berjualan roti.

Peristiwa yang membuatnya tertarik untuk belajar syair ialah manakala ia selesai menghafal Al-Qur'an, adalah pada saat ia bekerja di toko roti itu, banyak para penyair dari berbagai kota yang berkumpul setiap malam di tokonya dan membacakan sajak-sajak mereka.

Baca Juga: Humor Gus Dur yang Bikin Presiden Kuba Fidel Castro Tertawa Terbahak-bahak

Hal inilah yang merangsang dirinya untuk semakin mrndalami syair dan persajakan, dan ia pun mulai menggubah dan membacakan sajak-sajaknya.

Pada awal mula Hafizh membacakan sajaknya, banyak orang yang menertawakan syair-syairnya.

Maka, diceritakan pada suatu malam, dalam keadaan yang sangat kecewa oleh kegagalannya sebagai penyair, ia mengunjungi tempat keramat bernama Baba Kuhi, di atas bukit sebelah Utara Syiraz.

Disana ia menangis dan berdo'a memohon keberhasilan sampai ia ketiduran disana.

Baca Juga: Keunikan Tiang Bendera Sang Saka Merah Putih Saat Upacara Proklamasi Kemerdekaan 1945

Diceritakan bahwa dalam kegelapan malam itu ia bermimpi didatangi oleh sayyidina Ali yang memberinya semacam makanan Ghaib dari surga, dan berkata kepadanya bahwa semenjak malam itu pintu-pintu gerbang puisi maupun ilmu pengetahuan akan tetap terbuka baginya.

Ketika ia terbangun pada keesokan harinya, ia meggubah sebuah sajak, dan sajaknya itu ternyata mengejutkan setiap orang yang membaca dan mendengarnya.

Sejak saat itulah ia tidak bisa ditandingi di bidang lirik Persia, dan kemasyhurannya sebagai lirikus abadi meluas ke wilayah jauh dari dunia Islam.

Baca Juga: MIMPI MENJADI NYATA! Diberi Uang untuk Pembangunan Pondok Pesantren oleh Habib Luthfi bin Yahya: Keramat Wali

Ketika Hafizh mengalamo berbagai krisis yang melanda negerinya, Persia, ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri pembunuhan para raja.

Penghancuran kota-kota, dan penumpahan darah dalam berbagai peperangan. Akan tetapi ia melihat semua itu dengan kebesaran rohaninya seakan-akan kejadian itu hanyalah riak gelombang kecil di Samudra.

Ia memusatkan pandangannya kepada kesatuan maka dan tujuan akhir alam semesta. Meskipun terkadang fikiran-fikirannya meledak-ledak, perasaannya tetap tenang.

Ia selalu kembali pada kebenaran akal dan ketenangan jiwanya di tengah alam yang sedang bergejolak itu.

Baca Juga: Ucapan Keramat Sakti Gus Dur yang Kini Menjadi Kenyataan

Selain itu juga, Hafizh Al Syirazi juga dikenal sangat berpengaruh pada sastra Eropa yang tidak tertandingi (dalam dua bidang ini), kecuali oleh Umar Khayyam diantara para penyair dunia Islam.

Eropa mengenal Hafizh Al Syirazi pada abad ke 18. Inggris, Jerman, dan khususnya Prancis amat terlena karenanya.

Apresiasi dan pemahaman Barat terhadap Syair-Syair Hafidz Al-Syirazi terbagi menjadi dua:

Baca Juga: Kisah Rabiatul Adawiyah, Sufi yang Ingin Membakar Surga dan Memadamkan Api Neraka

Pertama, kelompok yang tidak ingin mengambil segi lahiriyah syairnya. Menurut pendapat kelompok ini, dalam diro Hafizh tersimpan makna sufi dan batiniyah.

Mereka mengatakan bahwa sesungguhnya kenikmatan yang dibicarakan oleh Hafizh bukan kenikmatan duniawi, melainkan kenikmatan surgawi.

Keasyikan yang sedang dinyanyikannya adalah keasyikan Ilahiyah yang dikenal di kalangan tokoh sufi.

Baca Juga: Bak Perahu Nabi Nuh, Kewalian Habib Luthfi bin Yahya Diungkap Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki

Khamar yang ditulisnya adalah pengetahuan tentang rahasia-rahasia Tuhan. Semua penafsiran di atas tidak diterima oleh kelompok kedua.

Kelompok kedua, yaitu kelompok yang dipimpin oleh Gothe yang terus-menerus menginginkan pemahaman syair Hafizh yang menerima segala bentuk kenikmatan serta menyenangkan diri dengan hal-hal yang akan datang dan yang telah berlalu.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku 125 Ilmuan Muslim Pengukir Sejarah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x