Pada awal mula Hafizh membacakan sajaknya, banyak orang yang menertawakan syair-syairnya.
Maka, diceritakan pada suatu malam, dalam keadaan yang sangat kecewa oleh kegagalannya sebagai penyair, ia mengunjungi tempat keramat bernama Baba Kuhi, di atas bukit sebelah Utara Syiraz.
Disana ia menangis dan berdo'a memohon keberhasilan sampai ia ketiduran disana.
Baca Juga: Keunikan Tiang Bendera Sang Saka Merah Putih Saat Upacara Proklamasi Kemerdekaan 1945
Diceritakan bahwa dalam kegelapan malam itu ia bermimpi didatangi oleh sayyidina Ali yang memberinya semacam makanan Ghaib dari surga, dan berkata kepadanya bahwa semenjak malam itu pintu-pintu gerbang puisi maupun ilmu pengetahuan akan tetap terbuka baginya.
Ketika ia terbangun pada keesokan harinya, ia meggubah sebuah sajak, dan sajaknya itu ternyata mengejutkan setiap orang yang membaca dan mendengarnya.
Sejak saat itulah ia tidak bisa ditandingi di bidang lirik Persia, dan kemasyhurannya sebagai lirikus abadi meluas ke wilayah jauh dari dunia Islam.
Ketika Hafizh mengalamo berbagai krisis yang melanda negerinya, Persia, ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri pembunuhan para raja.
Penghancuran kota-kota, dan penumpahan darah dalam berbagai peperangan. Akan tetapi ia melihat semua itu dengan kebesaran rohaninya seakan-akan kejadian itu hanyalah riak gelombang kecil di Samudra.