"Terima kasih ya kang sudah ngasih saya uang saku. Waktu itu sebenarnya memang saya tidak punya uang saku untuk berangkat ke Pekalongan," kata Kiai Zahid.
Mendengar pengakuan Kiai Zahid itu, Kiai Mursyidi nampak kebingungan. Ia menjawabnya dengan sebuah pertanyaan dengan nada serius bercampur heran.
"Lho? Kapan? Saya tidak ke rumahmu kang," ujar Kiai Mursyidi.
Kiai Zahid balik kaget mendengar jawaban itu.
"Itu lho, pas sehari sebelum Jumat Kliwon bawa mobil sedan Corolla kuning," Kiai Zahid menegaskan.
"Lho, mobil sedan Corolla kuning sudah laku 2 bulan yang lalu kok," jawab Kiai Mursyidi.
Mendengar pengakuan Kiai Mursyidi itu, Kiai Zahid langsung teringat kepada Habib Luthfi bin Yahya akan keramat wali yang dimilikinya.
Sungguh Habib Luthfi bib Yahya merupakan seorang wali Allah yang mendengar jeritan hati seorang muridnya.
Dalam hati Kiai Zahid, Habib Luthfi bin Yahya merupakan guru yang memiliki kemuliaan, mau membimbing murid-muridnya untuk memahami makna sebuah kalimat Istiqomah lebih baik dari 1000 keramat.
Tidaklah seorang guru memperlihatkan keramat wali yang melekat dalam dirinya kecuali disebabkan oleh kesungguhan Istiqomah seorang murid.***