PORTAL MAJALENGKA - Mbah Kholil Bangkalan dikenal sebagai salah satu wali Allah yang memiliki sejumlah keramat.
Keramat wali Mbah Kholil Bangkalan pun dinilai dapat membantu persoalan warganya. Tak heran, beberapa warga kerap kali mendatanginya untuk meminta petunjuk.
Keramat wali Mbah Kholil Bangkalan juga dinilai memiliki berkah sendiri. Banyak dari mereka berharap kecipratan berkah dari Mbah Kholil Bangkalan.
Baca Juga: Kisah Keramat Wali: Santri Ini Bengong Jumpa Kurir Misterius Mbah Kholil Bangkalan
Dikisahkan, pada suatu hari ada seorang santri berjalan-jalan di sekitar pondok pesantren milik Mbah Kholil Bangkalan.
Kebetulan di dalam pesantren Mbah Kholil Bangkalan itu terdapat pohon pepaya yang buahnya sudah matang.
Entah karena lapar atau hanya tergoda dengan pepaya yang sudah natang itu, santri itu nekat bermaksud mencuri pepaya tersebut.
Setelah menengok ke kanan dan ke kiri, merasa dirinya aman, maka dipanjatlah pohoh pepaya yang paling banyak buahnya.
Kemudian setelah itu dipetiknya satu per satu buah pepaya yang matang-matang itu.
Setelah cukup banyak, santri itu kemudian turun secara perlahan-lahan. Baru saja kakinya menginjak tanah, ternyata sudah diketahui oleh beberapa santri.
Baca Juga: Asal Usul Tradisi Masyarakat Jawa Warisan Sunan Ampel yang Perlu Anda Tahu
Alhasil, santri yang kepergok mencuri pepaya Mbah Kholil Bangkalan itu dilaporkan kepada pemiliknya.
Mbah Kholil Bangkalan pun marah besar kepada santri itu. Setelah itu disuruhnya dia memakan pepaya itu hingga habis, dan akhirnya diusir dari pondok pesantren.
Tak lama setelah kejadian itu, santri yang diusir karena mencuri pepaya itu ternyata menjadi kyai besar yang alim.
Kealiman dan ketenaran kyai tersebut sampai kepada Pesantren Kademangan milik Mbah Kholil Bangkalan. Mendengar berita menarik itu, beberapa santri ingin mengikuti jejaknya.
Pada suatu hari, beberapa santri mencoba mencuri pepaya di pesantren. Dengan harapan agar dimarahi Mbah Kholil Bangkalan.
Begitu turun dari pohon pepaya, sontak saja petugas santri memergokinya. Maka peristiwa itu dilaporkan kepada Mbah Kholil Bangkalan.
Setelah melihat beberapa saat kepada santri yang mencuri pepaya itu, Mbah Kholil Bangkalan mengatakan demikian:
“Ya sudah, biarlah," kata Mbah Kholil Bangkalan dengan nada datar tanpa ada marah maupun pengusiran.
“Wah, celaka saya tidak bisa menjadi kyai,” kata santri pencuri pepaya sambil menangis menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulanginya.***