Sang kurir meminta agar membantu menurunkan muatan padi yang dikirim untuk Mbah Kholil Bangkalan. Melihat permintaan yang tampak tulus dan sopan itu, segera para santri Mbah Kholil Bangkalan menuju di mana cikar berada.
Karung demi karung diturunkan dengan sigapnya. Sementara santri menurunkan muatan, sang kurir hanya duduk diam sambil sesekali melihat rumah Mbah Kholil Bangkalan.
Tak ada tanda-tanda untuk menaruh kecurigaan di benak para santri Mbah Kholil Bangkalan itu.
Setelah muatan itu diturunkan semuanya, tiba-tiba ketiga kurir beserta cikarnya hilang lenyap begitu saja. Hanya karung berisi padi gabah yang nampak di hadapannya.
Melihat kejadian itu, para santri Mbah Kholil Bangkalan terpana. Mereka antara percaya dan tidak silih berganti. Mereka pun diwarnai rasa takut.
Akhirnya beberapa santri saja yang yang berani menunggu sampai pagi. Sementara yang lain diam-diam pergi masuk ke kamarnya.
Keesokan harinya, berita datangnya cikar yang memuat gabah padi serta lenyapnya kurir dan cikarnya menjadi pembicaraan menarik. Para santri tak ada yang memastikan siapa sebenarnya kurir misterius itu.
Usai sholat Subuh berjamaah, wakil santri menghadap ke Mbah Kholil Bangkalan dan melaporkan peristiwa semalam.