Singkat cerita jadilah teh itu dibawa ke hadapan guru beliau Habib Abdullah Bin Abdul Qodir Bil Faqih.
Habib Hasan masih heran dan masih bertanya-tanya dalam hatinya kalau teh itu untuk siapa satunya. Namun sang Guru Habib Hasan menyuruh dia untuk keluar.
"Ya Hasan, silahkan kamu boleh keluar sekarang," kata habib Abdullah Bin Faqih, lalu Habib Hasan pun keluar.
Dari kejauhan Habib Hasan menunggu dengan rasa penasaran yang semakin menggebu, karena ini hal yang tidak wajar yang dilakukan oleh Gurunya.
"Siapakah tamu yang akan datang?" Pikir Mbah Hasan.
Baca Juga: MASA Kejayaan Sunan Gunung Jati, Pewaris Takhta Pangeran Cakrabuana dan Prabu Siliwangi
Tiba-tiba datang tukang siomay dengan berpakaian yang compang camping dengan mengenakan handuk kecil di lehernya.
Lalu tukang siomay itu diciumi kening dan pipinya oleh Habib Abdullah, dan tukang siomay itu memegang jenggot Habib Abdullah.
Hati Habib Hasan semakin dibuat penasaran tidak terkira melihat kejadian aneh yang tampak terlihat didepan matanya. Habib Hasan terus melihat dari kejauhan bertanya-tanya,
"Siapa tamu tersebut, begitu lancang sekali berani memegang jenggot Habib Abdullah Bin Faqih," pikirnya penuh tanda tanya.
Tidak lama kemudian mendadak perut habib Hasan sakit, dia pun segera menuju kamar mandi dan tidak selang lama panggilan Azan datang.
Habib Hasan segera menuju masjid, ketika sebelum sampai masjid beliau bertemu dengan gurunya Habib Abdullah Bin Abdul Qadir Bil Faqih.