Kebiasaan wali Mbah Sholeh Darat usai mengajar ngji adalah menulis atau mengarang kitab.
Mbah Sholeh Darat di dalam kamar duduk dilantai menghadapi meja dengan penerangan lampu teplok dalam mengarang kitab.
Lembar demi lembar kertas Mbah Sholeh Darat koreksi dengan pena tutul dengan tinta bak buatan Cina. Ia menuliskan gagasan atau ulasannya di atas kertas itu.
Baca Juga: SOSOK WALI BESAR Menyamar Jadi Penjual Tempe, Mbah Hamid Pasuruan Buka Misteri Kewaliannya
Konon, tinta yang digunakan oleh Mbah Sholeh Darat dalam menulis kitabnya itu dicampuri dengan minyak wangi.
Menurut banyak narasumber, minyak yang dipakai adalah misik. Terbukti di kitab tulisan tangan asli Mbah Soleh Darat yang sampai kini masih terjaga dan disimpan oleh cicitnya, aroma wangi misik masih terasa jika dibuka lembaran-lembarannya.
Dikisahkan, saat sedang tekun menulis Kitab, suatu malam ada seorang tamu berbusana model Arab berjubah dan bersorban.
Oleh para santri, tamu itu disalami kemudian disuguhi minuman. Tamu tersebut lantas diantar bertemu Mbah Sholeh Darat di ruang pribadinya.
Baca Juga: SOEKARNO Bukan Orang Sembarangan, Dia Wali Allah, Kata Buya Arrazi
Konon, saat itu Mbah Sholeh Darat sedang menulis kitab fenomenlnya hingga kini, yakni kitab Munjiyat.