Detik-detik Prabu Siliwangi Masuk Islam, Kelak Sang Cucu Sunan Gunung Jati Jadi Anggota Walisongo

- 22 Mei 2022, 20:43 WIB
Detik-detik Prabu Siliwangi Masuk Islam, Kelak Sang Cucu Sunan Gunung Jati Jadi Anggota Walisongo
Detik-detik Prabu Siliwangi Masuk Islam, Kelak Sang Cucu Sunan Gunung Jati Jadi Anggota Walisongo /SS YouTube

PORTAL MAJALENGKA - Berikut adalah kisah detik-detik Prabu Siliwangi masuk Islam. Kelak sang cucu keturunannya bergelar Sunan Gunung Jati menjadi anggota Walisongo.

Prabu Siliwangi dikenal sebagai raja adil yang memiliki bentangan kekuasaan mulai dari Banten hingga Ujung Jawa.

Prabu Siliwangi hidup di awal abad ke 14 dan di akhir abad ke 15.

Baca Juga: Kisah Turis Kanada Mencoba Kesaktian Suku Baduy Dalam Banten, Keturunan Prabu Siliwangi Sakti Luar Biasa

Kisah masuk Islam Prabu Siliwangi diceritakan oleh Ustaz Adi Hidayat dalam sebuah ceramahnya.

Seperti dikutip dari kanal YouTube 300 Tahun, dengan judul Ternyata  Prabu Siliwangi Beragama Islam.

Dikisahkan, saat itu para ulama sudah ada di Nusantara dan kehidupan berjalan tentram, aman, dan nyaman.

Baca Juga: Pancuran Telaga Emas Widadari Petilasan Prabu Siliwangi, Salah Satu Tempat Wisata Terindah di Majalengka

Tidak ada pertentangan di masyarakat dan kehidupan pun rukun dan damai.

Namun, Prabu Siliwangi menemukan hal yang asing saat melakukan inspeksi atau keliling wilayah ke Karawang.

Saat itu Prabu Siliwangi menemukan seorang gadis cantik bernama Nyai Subanglarang sedang membaca al qur'an.

Baca Juga: Prabu Siliwangi dan Pengawal Setia Sepasang Maung Lodaya, Kakek Sunan Gunung Jati Sang Raja Pajajaran

Usut punya usut, Nyai Subanglarang adalah salah seorang murid Syekh Quro yang bernama asli Syekh Hasanuddin.

Penamaan berasal ketika beliau baru datang dari Mekkah disebut umul quro maka disebutlah Sykh Quro.

Dia mendirikan pesantren di Karawang, sampai sekarang pesantren Syekh Quro itu masih ada di Karawang.

Diantara muridnya ada yang bernama Nyai Subanglarang, saat itu tengah membaca al qur'an

Saat Nyai Subanglarang membaca al Qur'an, datang Prabu Siliwangi dan ingin melihat siapa yang bacanya.

Kemudian Prabu Siliwangi jatuh hati kepada Nyai Subanglarang. Saat itu Prabu Siliwangi masih Hindu dan mau melamar Subanglarang yang muslimah.

Disebutkan, Qur'an surat kedua ayat 221 yang mengatakan: Jangan anda nikahi perempuan- perempuan yang belum beriman.

Yang menarik dari peristiwa itu adalah, saat itu orang berislam  kuat imannya.

Saat Prabu Siliwangi mengatakan niatnya untuk melamar, Nyai Subanglarang menolak. Lalu memberikan syarat bersedia dinikahi asal Prabu Siliwangi masuk Islam terlebih dahulu.

Prabu Siliwangi saat itu mengatakan bersedia masuk Islam.

Selanjutnya,  Nyai Subanglarang menikah dengan Prabu Siliwangi dan lahirlah tiga orang anak.

Anak pertama bernama Walangsungsang lahir tahun 1423. Kemudian anak kedua bernama Larangsantang lahir 1426.

Selanjutnya anak ketiga diberinama Rajasengara lahir tahun 1427.

Kemudian tambahnya, Walangsungsang berubah nama menjadi Abdullah Iman, sedangkan Larangsantang berubah nama menjadi Sarifah Mudain.

Dikatakan, mereka berdua menunaikan ibadah haji. Dan setelah selesai, mereka berniat kembali.

Namun, ba-tiba datang seorang lelaki yang melihat Sarifah Mudain yang kemudian jatuh hati.

Dimintalah Sarifah Mudain kepada kakaknya, Abdullah Iman untuk melamarnya. Maka diizinkanlah untuk menikah.

Laki-laki yang menikahi Syarifah Mudain bernama Syarif Abdullah berasal dari mesir.

Setelah terjadi pernikahan tersebut, Abdullah Iman pulang ke nusantara dan bertemu kembali dengan bapaknya, Prabu Siliwangi.

Setelah pulang, Prabu Siliwangi memiliki gelar Pamenah Rasa, Menah Rasa. Kemudian, ditugaskanlah membimbing wilayah yang sangat kumuh, nama wilayahnya Lemah Wungkuk.

Di daerah itu ada campuran etnis, ada Cina ada Arab dan ada orang lokalnya. Mereka hidup rukun damai.

Begitu Islam datang ke wilayah itu, kondisinya makin brtambah bagus lagi meski mereka campuran beberapa etnis.

Pekerjaan atau matapencaharian mereka saat itu mengambil udang kecil yang dibuat menjadi terasi.

Pembuatannya menggunakan air yang kemudian air rebon air rebon. Orang menyebutnya ci, dan jadilah Cirebon.

Begitu nilai keislaman dilakukan, Abdullah Iman berhasil menata kehidupan di sana. Hingga berubahlah Lemah Wungkuk menjadi Cirebon dengan tata kelola usaha yang baik.

Kemudian, Syarif Abdillah yang menikahi Sarifah Madain pulang dari Mesir ke nusantara setelah 20 tahun membawa anak.

Anaknya itu diberi nama Syarif Hidayatullah, yang kemudian diberi wilayah kekuasaan di Gunung Jati, maka dikenalah dengan sebutan Sunan Gunung Djati.

Di akhir pemaparan, Ustaz Adi Hidayat menyebutkan bahwa di situlah lerak kehebatan Islam dengan syiar-syiarnya yang begitu menggelar melalui dakwah.

Islam saat itu melalui dakwah-dakwahnya bisa menyebar ke seluruh pelosok. ***

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: Desk Jabar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah