TANAH JAWA Paling Angker, Kisah Syekh Subakir Mendakwahkan Islam sebelum Masa Sunan Gunung Jati

- 21 Mei 2022, 18:21 WIB
Ilustrasi Foto Syekh Subakir.
Ilustrasi Foto Syekh Subakir. /Screenshot YouTube Aliqul Channel/

PORTAL MAJALENGKA - Sebelum masuk ke masa Sunan Gunung Jati dan masa Walisongo ada di tanah Jawa.

Penyebaran Islam sudah dilakukan oleh Sultan Al-Gabah, Dakwah Islam ini dilakukan jauh sebelum masa Sunan Gunung Jati dan Walisongo.

Tercatat dalam sejarah Historiografi Jawa, yang ditulis R.Tanoyo mengungkapkan tentang dakwah Islam ke Tanah Jawa.

Baca Juga: Takluknya Kerajaan Galuh, Indramayu dan Talaga Manggung kepada Cirebon di Bawah Pimpinan Sunan Gunung Jati

Sunan Gunung Jati dan Walisongo melakukan dakwah dan penyebaran ajaran Islam pada abad ke-14 di Tanah Jawa.

Namun dalam sejarah tercatat bahwa Sultan Al-Gabah telah melakukan dakwah Islam ke Tanah Jawa lebih dahulu dibanding masa Sunan Gunung Jati dan wali songo ada.

Dikisahkan Sultan al-Gabah mendapatkan petunjuk dalam mimpinya untuk mendakwahkan Islam ke Tanah Jawa.

Baca Juga: INILAH CIRI-CIRI Keturunan Prabu Siliwangi dan Sunan Gunung Jati, Terlihat dari Tangan dan Kakinya

Sultan Al-Gabah merupakan Sultan dari negeri Rum, dengan mendapatkan petunjuk dari mimpinya.

Mimpi yang terus berulang dalam tidurnya membuat dirinya merasa tidak tenang, ia pun mengutus warganya untuk pergi menuju pulau Jawa.

Sultan Al-Gabah akhirnya memutuskan untuk mengirim dari negeri Rum sebanyak 20.000 keluarga muslim ke Pulau Jawa.

Baca Juga: Sinopsis Film Sejarah Sunan Gunung Jati, Tayang Hari Minggu di tvOne

Namun, banyak di antara mereka yang tewas terbunuh oleh gangguan bangsa makhluk halus yang ada di Tanah Jawa.

Bahkan dari 20.000 keluarga yang diutus Sultan Al-Gabah tercatat hanya tinggal 200 keluarga saja yang tersisa.

Sultan al-Gabah dikisahkan marah kemudian mengirim ulama, syuhada, dan orang sakti ke tanah Jawa.

Hal ini bertujuan untuk membinasakan para "jin, siluman, dan brekasakan" penghuni atau penunggu tanah Jawa.

Salah satu di antara ulama sakti
itu adalah Syaikh Subakir. Ia dikenal
sebagai seorang wali keramat dari Persia.

Syekh Subakir dipercaya memiliki ilmu kesaktian yang sangat luar biasa, sehingga Sultan Al-Gabah mengirimnya ke Tanah Jawa.

Syekh Subakir punmenanam "tumbal" di sejumlah tempat di Pulau Jawa agar kelak pulau tersebut dapat dihuni umat Islam.

Di sejumlah tempat di pantai utara Jawa banyak ditemukan "Makam Panjang" dan ini diyakini sebagai petilasan Syekh Subakir.

Adapun beberapa tempat yang terdapat makam panjang yaitu: Gresik, Lamongan, Tuban, Rembang, dan Jepara.

Istilah memasang "tumbal" dalam kisah
Syaikh Subakir, berkaitan dengan usaha rohani menyucikan suatu tempat.

Hal ini dilakukan Syekh Subakir dengan cara menanam "tanah" di tempat yang dianggap angker.

Kisah-kisah legendaris tentang adanya orang Lor asal Persia dan tokoh Syaikh Subakir, tidak saja meninggalkan jejak.

Pada catatan historiografi, yang menjadi cerita lisan (folk-tale) yang dikaitkan dengan keberadaan makam-makam tua yang dikeramatkan masyarakat.

Dalam catatan sejarah, pada abad ke-10 sudah digambarkan dengan jelas keberadaan ribuan pedagang muslim di kota Canton.

Walaupun dalam catatan Mas'udi yang dikutip J. Sauvaget dalam Relation de la Chine et de l'Indie Redigee

Macam Putri Lempo crampe lentes di Cusun unggah-unggahan, Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan, Letaknya sekitar 100 meter di utara-timur Kolam Segaran.

Fakta sejarah terkait belum dianutnya Agama Islam oleh penduduk pribumi Nusantara, terlihat pada bukti faktual pada dasawarsa akhir abad ke-13,

Hal ini tertulis pada catatan perjalanan Marcopolo ketika kembali ke Italia lewat laut dan sempat singgah di negeri Perlak.

Saat itu, Marcopolo mencatat bahwa penduduk Perlak terbagi atas tiga golongan masyarakat sebagai pemukim:

1. Kaum muslim Cina,
2. Kaum muslim Persia-Arab, dan
3. penduduk pribumi yang masih memuja roh-roh dan kanibal.

Bahkan, dua pelabuhan dagang di dekatnya, yaitu Basma dan Samara, menurut Marcopolo, bukanlah kota Islam.

Pada perempat akhir abad ke-14 terjadi perpindahan penduduk muslim Cina di Canton, Yangchou, dan Chanchou ke selatan. Mereka menghuni pantai utara
Jawa dan pantai timur Sumatera.

Dalam tujuh kali muhibah Cheng Ho ke selatan, tercatat bahwa Islam belum dianut penduduk pribumi secara luas. Menurut Mana bueno.

Itulah sekilas sejarah masuknya islam sebelum masa Sunan Gunung Jati dan Wali Songo ada di tanah Jawa.***

 

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: Buku Atlas Wali Songo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah