Baca Juga: Jelang Hari Kemerdekaan RI Ke-76, Menag Yaqut Cholil Ajak Kampanyekan 5M+1D
Pendeknya Belanda tak pernah mengalami perang yang disokong rakyat seperti Perang Diponegoro atau Perang Jawa.
Terkenal saat itu semboyan Perang Diponegoro yang berbunyi, "Sadumuk batuk sanyari bumi, ditohi tekan pati," artinya "Seruas jari sejengkal tanah, dibela sampai mati."
Pangeran Diponegoro mendapat bantuan dari Kyai Mojo, pemimpin spiritual yang memiliki pengaruh luas.
Tahun 1827 Belanda menerapkan benteng stelsel alias pertahanan sistem benteng untuk menjepit posisi Diponegoro. Setahun kemudian Kyai Mojo ditangkap menyusul kemudian Panglima Sentot Alibasyah Prawirodirjo.
Baca Juga: Bupati Imbau Majalengka Pasang Bendera dan Umbul-umbul Kemerdekaan RI, Ini Link Desainnya
Tanggal 28 Maret 1830 Jenderal De Kock akhirnya menangkap Diponegoro. Setelah kepada Sang Pangeran dikabarkan akan diajak berunding.
Diponegoro ditangkap di Magelang. Setelah melihat situasi kecurangan Belanda, Diponegoro menyatakan bersedia menyerah dengan syarat sisa laskarnya dilepaskan.
Setelah ditangkap Diponegoro diasingkan ke Manado kemudian dipindahkan ke Makassar hingga wafatnya di Benteng Rotterdam tanggal 8 Januari 1855.
Perang Diponegoro sejak 1825 hingga 1830 menyebabkan 8.000 tentara Belanda dan 7.000 serdadu pribumi pembela penjajah tewas.