Bagaimana Cara Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW yang Benar? Ketahui Larangannya

7 Oktober 2022, 17:01 WIB
Bagaimana Cara Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW yang Benar? Ketahui Larangannya /

PORTAL MAJALENGKA - Bulan Rabiul Awal sesuai tradisi masyarakat Muslim yang berlaku khususnya di Indonesia, banyak dilakukan perayaan Maulid Nabi.

Maulid Nabi dijadikan sebagai momentum peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW.

Jika dilihat substansi dari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW bermanafaat serta memiliki banyak memiliki nilai kebaikan bagi masyarakat, seperti pembacaan ayat-ayat Al Qur’an, dzikir, tahlil, kalimat thayyibah.

Baca Juga: LINK LIVE STREAMING INDOSIAR, Susunan Pemain hingga Prediksi Skor Timnas Indonesia U17 vs Palestina Malam Ini

Dan pembacaan sejarah dan perjuangan Nabi Muhammad, serta meneladani prilaku Beliau, maka peringatan maulid Nabi yang demikian termasuk dalam kategori tradisi yang baik.

Hal itu sesuai sebagaimana yang dijelaskan Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki dalam kitab Mafahim Yajib an Tushahhah halaman 316, peringatan maulid Nabi Muhammad merupakan bentuk tradisi yang baik di masyarakat, bukan termasuk bagian dari masalah ibadah yang dipersoalkan keabsahannya.

Sementara dari kalangan ulama Syafi’iyyah diantaranya Imam al-Suyuthi juga mengatakan, bahwa maulid Nabi Muhammad SAW merupakan kegiatan positif yang mendatangkan pahala.

Baca Juga: Jelang Duel Super Panas PERSIB vs PERSIJA, Luis Milla Lakukan ini Terhadap David Da Silva DKK

Beliau menganjurkan agar umat Islam pada bulan Rabiul Awal sebaiknya bergembira dan dapat meluapkan rasa syukur dengan cara memperingati kelahiran Rasulullah, berkumpul, membagikan makanan, dan beberapa ibadah lain.

هُوَ مِنَ الْبِدَعِ الْحَسَنَةِ الَّتِيْ يُثَابُ عَلَيْهَا صَاحِبُهَا لِمَا فِيْهِ مِنْ تَعْظِيْمِ قَدْرِ النَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَإِظْهَارِ الْفَرَحِ وَالْاِسْتِبْشَارِ بِمَوْلِدِهِ الشَّرِيْف

“Perayaan maulid termasuk bid’ah yang baik, pelakunya mendapat pahala. Sebab di dalamnya terdapat sisi mengagungkan derajat Nabi Saw dan menampakan kegembiraan dengan waktu dilahirkannya Rasulullah Saw.”

Baca Juga: Ridzjar, Putra Daerah Cirebon Kembali Masuk Line Up Kemenangan Mengejutkan Timnas U17 Atas UEA U17

Bulan rabiul awal terangkat derajatnya karena ada kelahiran Nabi Muhammad SAW, sosok manusia sekaligus rasul yang paling mulia derajatnya.

Dijelaskan oleh Sayyid Muhammad ibn Alawi Al Maliki dalam kitabnya adz-Dzakhâir al-Muhammadiyyah bahwa Nabi Muhammad tidak mulia karena sebab masa atau waktu. Malah justru masa atau waktu itulah yang menjadi mulia sebab adanya kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Bulan Rabiul Awal dalam setiap tahunnya selalu menjadi momentum penting bagi umat Islam untuk mensyukuri kelahiran Nabi Muhammad saw.

Karena itu menurut al-Hafidh Ibnu Hajar al-Asqalani setidaknya ada empat cara bagi umat islam dalam memperingati bulan maulid Nabi, hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:

(قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ (يونس: 58

Artinya: “Katakanlah Muhammad, dengan anugerah Allah dan rahmat-Nya maka hanya dengan itu berbahagialah orang-orang yang beriman. Hal itu (anugerah dan rahmat-Nya) lebih baik daripada harta dunia yang mereka kumpulkan.” (QS Yunus: 58).

وأخرج أبو الشيخ عن ابن عباس رضي الله عنهما في الآية قال: فضل الله العلم ورحمته محمد صلى الله عليه و سلم. قال الله تعالى: وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين الأنبياء

Artinya: “Abus Syekh meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra berkaitan ayat 58 surat Yunus, ia berkata: ‘Anugerah Allah adalah ilmu dan rahmat-Nya adalah Nabi Muhammad saw. Allah ta’âlâ berfirman: ‘Dan tidaklah Aku mengutusmu Muhammad kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta’.” (Al-Anbiya: 107). (Abdurrahman bin al-Kamal Jallaluddin as-Suyuthi, ad-Durrul Mantsûr, [Beirut, Dârul Fikr: 1993], juz IV, halaman 367).

Dengan merujuk penafsiran Ibnu Abbas ra, sebagaimana diriwayatkan Imam as-Suyuthi diatas. Ke empat cara untuk memperingati maulid Nabi Muhammad SAW, menurut al-Hafidh Ibnu Hajar al-‘Asqalani adalah:

(1) membaca Al-Qur’an,
(2) memberi makan orang,
(3) bersedekah, dan
(4) mengungkapkan berbagai pujian kepada Nabi—seperti dengan membaca Maulid al-Barzanji, Maulid Diba’, Simtuth Durar, Dhiyâul Lami’ dan semacamnya yang sekiranya dapat mendorong hati untuk lebih giat meningkatkan amal kebaikan sebagai bekal di kehidupan akhirat kelak.

Disamping itu al-Hafidh Ibnu Hajar al-'Asqalani juga mengingatkan dan melarang hal-hal sebagaimana dijelaskan berikut:

وما كان حراما أو مكروها فيمنع وكذا ما كان خلاف الأولى انتهى

Artinya: “Perbuatan yang haram atau makruh, maka (dalam peringatan maulid nabi) hendaknya dicegah. Demikian pula perbuatan yang khilâful aula atau yang tidak sesuai dengan keutamaan.” (Jalaluddin as-Suyuthi, al-Hawi lil Fatawi, juz I, halaman 282).***

Editor: Muhammad Ayus

Tags

Terkini

Terpopuler