MENGENAL Khalifah Harun Al Rasyid, Sosok Pemimpin Ideal yang Lekat dalam Kisah Abu Nawas

19 September 2022, 20:54 WIB
MENGENAL Khalifah Harun Al Rasyid, Sosok Pemimpin Ideal yang Lekat dalam Kisah Abu Nawas /Tangkapan layar/YouTube/Humor Sufi

PORTAL MAJALENGKA - Harun Al Rasyid lahir pada Februari 763 M di Rayy, Iran. Ia merupakan putra dari khalifah ketiga Bani Umayyah yaitu Al-Mahdi yang berpasangan dengan Jurasyiyah, atau lebih dikenal Khaizuran dari Yaman.

Masa kecil Harun Al Rasyid dilalui dengan bahagia. Di bawah asuhan gurunya, Yahya bin Khalid Al-Barmaki, seorang tokoh agama Islam yang sangat masyhur saat itu.

Harun Al Rasyid dididik dengan berbagai ilmu agama dan pemerintahan. Sehingga ia tumbuh menjadi sosok pemuda yang cerdas dan beriman.

Baca Juga: Abu Nawas Bikin Raja Harun Al Rasyid Diam Seribu Bahasa Terkait Misi Mustahil Ini

Di usia yang sangat muda, 23 tahun, pada September 786 M, Harun Al Rasyid diangkat menjadi khalifah menggantikan jabatan khalifah saudaranya, Musa Al Hadi yang wafat.

Ia menjadi khalifah kelima Daulah Abbasiyah. Sepanjang menjabat kekhalifannya, Harun Al Rasyid dibantu Yahya bin Khalid dan empat putranya ketika sudah menginjak remaja.

Khalifah Harun Al Rasyid dapat dikatakan setara dengan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, dari Bani Umayyah. Daulah Abbasiyah di bawah kepemimpinannya bisa mencapai puncak kejayaannya.

Baca Juga: Berikut Beberapa Fakta Kecelakaan Beruntun Tol Pejagan-Pemalang Beserta Korban Jiwanya

Ia adalah sosok khalifah yang cerdas, shalih, dermawan dan merakyat. Seringkali ia turun langsung ke bawah berjalan di malam hari untuk melihat nasib rakyatnya.

Tak jarang ia memberi bantuan langsung pada kaum lemah yang dilihatnya. Karena itu Khalifah Harun Al Rasyid dicintai rakyatnya.

Baghdad pada abad pertengahan masa itu benar-benar menjadi mercusuar kota impian 1001 malam yang tak terandingkan.

Baca Juga: Prediksi Pot Drawing Piala Asia U20 2023 Uzbekistan: Timnas Indonesia U20 Berpeluang Terhindar dari Jepang

Di bawah kepemimpinanya, Daulah Abbasiyah memiliki wilayah kekuasaan yang luas dari Afrika Utara sampai meliputi Hindu Kush India.

Dengan kekuatan militernya yang kuat dan tangguh luar biasa, Daulah Abbasiyah di bawah kepemimpinan Arun Al Rasyid juga mampu melakukan serangan ke Byzantium.

Hal itu dilakukan karena Byzantium telah melanggar semua kesepakatan perjanjian yang telah dibuat bersama.

Baca Juga: Pangeran Pemanah Rasa, Sosok Sakti Kakek Sunan Gunung Jati yang Hobi Berkelana

Tidak cukup sekali serangan itu, bahkan sampai dilakukan enam kali. Dan dari setiap serangan itu Daulah Abbasiyah berhasil menaklukkan banyak kota di antaranya Matarah, Enzyra, dan juga pulau Cyprus.

Dengan enam kali serangan tersebut akhirnya Raja Byzantium mengajak berdamai yang dikabulkan oleh Khalifah Harun Al Rasyid.

Dalam pengabulannya Harun Al Rasyid mengajukan persyaratan yang dibuat dalam perjanjian yang mengharuskan Byzantium untuk membayar jizyah (upeti).

Baca Juga: KISAH SYEKH SUBAKIR Pasang Tumbal di Tanah Jawa untuk Mengusir Para Jin Jahat

Khalifah Harun Al Rasyid sangat peduli dan sangat memberi perhatian terhadap para ilmuwan dan juga budayawan.

Baik golongan ilmuan ataupun budayawan mendapat pendanaan khusus. Mereka seringkali dikumpulkan untuk dilibatkan dalam membuat berbagai kebijakan pemerintahan.

Bersama Perdana Menteri Yahya Al Barmaki, yang sekaligus merupakan guru dari Khalifah Harun Al Rasyid.

Baca Juga: Abu Nawas Menjawab Tantangan Saudagar Kaya yang Memiliki Nazar, Dihadiahi 100 Dirham

Ia memimpin negara dengan adil dan bijaksana. Nasihat dan anjuran kebaikan gurunya menuntun dan membentengi Khalifah Harun Al Rasyid dari tindakan keji dan menyeleweng dari agama.

Ia pun dapat membawa negaranya mencapai kejayaan. Memiliki kekayaan yang berlimpah, wilayah pemerintahan yang luas, dan meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan.

Kota Baghdad menjadi ramai dan maju dengan pesat karena banyak para pedagang dan saudagar yang menanamkan investasinya di berbagai sektor usaha di wilayah Daulah Bani Abbasiyyah.

Baca Juga: Begini Jawaban Abu Nawas Ketika Ditanya Muridnya Cara Menipu Tuhan, Begini Doanya

Keamanan pada masa itu sangat terjamin. Setiap orang hidup dengan aman dan nyaman, karena tingkat kejahatan yang minim.

Pada masa itu pula hidup seorang tokoh cendekia yang cerdik lagi pandai yakni Abu Nawas. Ia termasuk salah satu penasihat khalifah Harun Al Rasyid dengan gayanya yang lucu.

Suasana negara di bawah kepemimpinan Khalifah Harun Al Rasyid sangat makmur dan sejahtera. Masyarakatnya hidup tentram tanpa kekurangan apa pun.

Baca Juga: Dipaksa Menyembelih Kambing Kesayangannya, Abu Nawas Bakar Habis Baju Kawannya

Konon diceritakan pada masa itu sangat sulit untuk mencari orang yang berhak menerima zakat, infak, serta sedekah. Karena tingkat kemakmuran negeri yang sangat tinggi, melebihi di atas garis kemiskinan.

Semua sarana umum tersedia dengan fasilitas yang nyaman. Baik transportasi, masjid, madrasah-madrasah, perguruan tinggi, rumah sakit serta semua sarana dan prasarana fasilitas umum lainnya terjamin.

Perkembangan pengetahuan benar-benar sangat diperhatikan serius. Khalifah Harun Al Rasyid sampai membentuk dewan penerjemah yang diketuai oleh seorang pakar bahasa bernama Yuhana bin Musawih.

Baca Juga: Begini Penjelasan Marc Marquez Soal Tudingan Dirinya Jadi Biang Kecelakaan Fabio Quartararo

Tujuan dibentuk dewan penerjemah ini untuk melakukan penggalian informasi yang termuat dalam buku asing. Berbagai buku-buku berbahasa asing berhasil diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab.

Pada masa itu Bahasa Arab dijadikan sebagai bahasa resmi negara. Bahasa arab menjadi bahasa pengantar di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan bahkan menjadi alat komuniksi umum.

Jejak kebesarannya sangat banyak. Salah satu yang mudah ditemui sampai sekarang adalah saluran air yang berada di Tanah Suci Mekkah yang dikenal dengan Terusan Zubaedah.

Baca Juga: Update Klasemen Sementara MotoGP 2022 Usai Balapan Aragon: Francesco Bagnaia Kian Dekati Fabio Quartararo

Terusan yang diambil dari nama istrinya. Di mana diceritakan pada saat itu istrinya Zubaedah bersama sang mertua atau ibunda Harun Al Rasyid, Kharizuran, pergi ke Tanah Suci melaksanakan ibadah haji.

Ketika keduanya sampai di Tanah Suci tersebut, mereka menyaksikan penduduk setempat tengah mengalami kekurangan air.

Sehingga keduanya kemudian mengabarkan hal tersebut kepada sang khalifah dan meminta agar bisa membuatkan saluran air untuk menolong penduduk di Tanah Suci tersebut.

Baca Juga: Hasil Balapan MotoGP Aragon 2022: Enea Bastianini Juara, Marc Marquez Jadi Sorotan

Dan seperti ditulis oleh Imam As-Suyuthi, Khalifah Harun Al Rasyid meninggal saat memimpin Perang Thus, sebuah wilayah di Khurasan, karena sakit.

Khalifah Harun Al Rasyid meninggal dunia di usia 45 tahun, di Khurasan, pada 3 atau 4 Jumadil Tsani 193 H/809 M. Ia menjadi khalifah kurang lebih selama 23 tahun 6 bulan (170-194 H/786-809 M). .

Saat itu Daulah Bani Abbasiyyah Baghdad khususnya dan dunia Islam pada umumnya benar-benar merasa sangat kehilangan akan sosok seorang pemimpin yang shalih dan adil. Seorang pemimpin yang amanah yang dicintai oleh semua lapisan warganya.

Baca Juga: Sempat Tertinggal, Timnas Indonesia U-20 Sukses Tenggelamkan Vietnam Pada Kualifikasi Piala Asia U-20 2023

Demikian paparan sekilas mengenai sosok Pemimipin Ideal Khalifah Harun Ar-Rasyid yang lekat dengan cerita Abu Nawas, yang diambil dari sumber buku Sejarah Para Khalifah. Semoga bermanfaat.***

Editor: Husain Ali

Sumber: Buku Sejarah Para Khalifah

Tags

Terkini

Terpopuler