LEGENDA Pohon Jati Keramat Masin Peninggalan Sunan Muria, Konon Dulunya Bukan Pohon

7 Agustus 2022, 18:18 WIB
Batang-batang pohon jati berusia ratusan tahun tersebar di sekitar punden Masin Kudus /Klasik Herlambang/Karanganyar News

PORTAL MAJALENGKA – Daerah Kudus tepatnya di pegunungan Muria, tempat di mana Sunan Muria, wali Allah, berdakwah menyebarkan Islam terdapat beberapa legenda masyarakat yang berkembang hingga saat ini.

Sunan Muria yang merupakan salah satu wali Allah tentu memiliki beberapa keramat dalam dirinya. Salah satu keramat Sunan Muria adalah kisah legenda pohon jati keramat Masin.

Konon berawal dari kisah cinta Dewi Nawangsih putri Sunan Muria wali Allah dan Raden Bagus Rinengku yang merupakan putra Mataram. Kisah cinta yang dijalani Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinengku ternyata tidak direstui Sunan Muria.

Baca Juga: Karomah Wali Sunan Muria Ubah 2 Orang Jadi Kura-kura, Santri Mbah Dudo Minta Maaf

Sebab tidak mendapatkan restu, akhirnya Sunan Muria berusaha untuk memisahkan keduanya dengan berbagai cara.

Sunan Muria memberikan tugas kepada Raden Bagus Rinengku untuk menumpas para perampok.

Karena kesaktiannya, Raden Bagus Rinengku berhasil mengusir para perampok. Bahkan salah satu perampok tersebut berhasil insyaf.

Baca Juga: Sang Menantu Bocorkan Kebiasaan Habib Luthfi bin Yahya Langsung dari Baginda Nabi Muhammad

Setelah itu, Sunan Muria kembali menugaskan Raden Bagus Rinengku untuk menjaga padi yang sudah menguning agar tidak diganggu oleh hama burung atau nunggu manuk.

Selang beberapa hari, Sunan Muria mengunjungi Raden Bagus Rinengku di Masin, memastikan tugas yang diperintahkan itu telah dijalankan dengan baik.

Namun, sesampai di Masin, Sunan Muria dikejutkan dengan kondisi padi yang porak-poranda, rusak oleh hama burung.

Baca Juga: Kambing Ini Tiba-tiba Tunduk karena Keramat Wali yang Dimiliki Habib Luthfi bin Yahya

Ternyata Raden Bagus Rinengku hanya menunggui sawah itu. Namun ia membiarkan para burung memakan dan merusak padi.

“Kanjeng Sunan memerintahkan hamba untuk menunggu padi, saya sudah menunggu padi ini,” kata Raden Bagus Rinengku membela diri ketika dimintai pertanggungjawaban oleh sang guru.

Selang beberapa saat, Raden Bagus Rinengku mengeluarkan kesaktiannya. Sehingga padi-padi yang telah rusak itu kembali seperti sedia kala.

Baca Juga: OBROLAN Gus Dur dengan Tetangganya yang Sangat Mengharukan tapi Bikin Ketawa

Tak ayal, Sunan Muria “geram” melihat tingkah Raden Bagus Rinengku yang sombong. Rinengku muda harus dinasihati.

Konon, setelah kejadian itu Raden Bagus Rinengku meninggal dunia tertancap anak panah tepat di perutnya. Tidak diketahui pasti, apakah pemanahan ini dilakukan oleh Sunan Muria sendiri atau oleh murid Sunan Muria, atau oleh orang lain.

Ada banyak versi dalam bagian kisah kematian Raden Bagus Rinengku ini.

Baca Juga: Kisah Para Wali: Gus Miek Bersihkan Sandal Nabi Khidir yang Tertinggal saat Berkunjung di Kediaman Kyai Dalhar

Dewi Nawangsih yang terlanjur cinta mati, ketika melihat kekasihnya tertancap oleh anak panah, sontak ia memeluk tubuh kekasihnya yang sekarat itu.

Tanpa sengaja anak panah yang masih tertancap di perut Raden Bagus Rinengku menembus perut Dewi Nawang sih. Seketika itu juga Dewi Nawangsih meninggal dunia.

Versi lain dari kisah ini menyebutkan, ketika sampai di Masin, selain mendapati sawah yang telah rusak, Sunan Muria juga geram dengan pemandangan yang dilihatnya. Ternyata Raden Bagus Rinengku sedang bermesraan dengan putrinya, Dewi Nawangsih.

Baca Juga: Kisah Para Wali: Gus Miek Bersihkan Sandal Nabi Khidir yang Tertinggal saat Berkunjung di Kediaman Kyai Dalhar

Melihat kejadian tersebut, Sunan Muria lantas memanah Raden Bagus Rinengku. Sehingga ia meninggal dunia di tangan sang guru.

Versi lainnya menyebutkan bahwa Sunan Muria bermaksud menakut-nakuti saja. Namun anak panah itu tanpa sengaja meleset, sehingga menembus perut Raden Bagus Rinengku. Kebenaran versi ini perlu dipertanyakan.

Setelah keduanya meninggal maka disepakati oleh pihak keluarga Sunan Muria dan keluarga Mataram bahwa keduanya dimakamkan di tempat di mana mereka meninggal.

Baca Juga: 38 Urutan Silsilah Habib Luthfi bin Yahya sampai Nabi Muhammad SAW, Lahir di Pekalongan

Dewi Nawangsih tidak boleh dibawa ke Muria dan Raden Bagus Rinengku juga tidak boleh dibawa ke Mataram.

Selain dihadiri oleh masyarakat sekitar, pemakamannya juga dihadiri oleh utusan keluarga Mataram (Pandanaran).

Pemakaman dipimpin oleh Sunan Muria. Peristiwa kematian sepasang kekasih ini sangat menggemparkan masyarakat sekitar Masin dan bumi Mataram tentunya.

Baca Juga: Mengenal Sosok Al Idrisi, Ilmuan Geografi Termasyhur Abad Pertengahan

Ada kesedihan yang mendalam tampak dalam guratan wajah para pelayat yang hadir. Karena kesedihan yang terlalu mendalam, sehingga setelah ritual pemakaman usai, para pelayat masih berdiri termangu di sekitar lokasi pemakaman.

Sunan Muria yang melihat suasana ini berkata, “Kalian semua berdiri terpaku, seperti pohon jati saja”. Seketika itu juga para pelayat yang masih berdiri terpaku di sekitar makam berubah menjadi pohon jati.***

Editor: Husain Ali

Sumber: Buku Napak Jejak Pemikiran Sunan Muria

Tags

Terkini

Terpopuler