PORTAL MAJALENGKA - Menurut Babad Cerbon, diketahui bahwa selama berkeliling ke berbagai tempat, Sunan Kalijaga kadang menjadi dalang pantun dan dalang wayang.
Sunan Kalijaga berkeliling dari wilayah Pajajaran hingga wilayah Majapahit dalam syiar Islamnya menjadi dalang wayang.
Masyarakat yang ingin nanggap wayang bayarannya tidak berupa uang, melainkan cukup membaca dua kalimat syahadat sehingga dengan cara itu Islam berkembang cepat.
Di antara berbagai lakon wayang yang lazimnya diambil dari epos Ramayana dan Mahabharata, salah satu yang paling digemari masyarakat adalah lakon Dewa Ruci yaitu lakon wayang yang merupakan pengembangan naskah kuno Nawa Ruci.
Lakon Nawa Ruci atau Dewa Ruci mengisahkan perjalanan ruhani tokoh Bima mencari kebenaran di bawah bimbingan Bhagawan Drona sampai dia bertemu dengan Dewa Ruci.
Sunan Kalijaga dikenal mendalam memaparkan kupasan-kupasan ruhaniah berdasar ajaran tasawuf dalam memainkan wayang lakon Dewa Ruci, yang menjadikannya sangat masyhur dan dicintai masyarakat dari berbagai lapisan.
Bahkan, tidak sekadar memainkan wayang sebagai dalang, Sunan Kalijaga juga diketahui melakukan reformasi bentuk-bentuk wayang yang sebelumnya berbentuk gambar manusia menjadi gambar dekoratif dengan proporsi tubuh tidak mirip manusia.
Selain itu, Sunan Kalijaga juga memunculkan tokoh-tokoh kuno Semar, Gareng, Petruk, Bagong, Togog, dan Bilung sebagai punakawan yang mengabdi kepada para ksatria, yang kesaktian punakawan ini melebihi dewa-dewa.
Baca Juga: Kidung Rumekso Ing Wengi, Ciptaan Sunan Kalijaga Pernah Menyelamatkan Jenderal Sudirman
Dalam kisah Ramayana dan Mahabharata yang asli, tidak dikenal tokoh-tokoh punakawan Semar beserta keempat orang putranya itu. Bahkan dalam lakon wayang beber, tokoh-tokoh punakawan yang dikenal adalah Bancak dan Doyok.
Sejumlah lakon wayang carangan seperti Dewa Ruci, Semar Barang Jantur, Petruk Dadi Ratu, Mustakaweni, Dewa Srani, Pandu Bergola, dan Wisanggeni, diketahui diciptakan oleh Walisongo terutama Sunan Kalijaga. *