PETUAH Sunan Gunung Jati Didik Keimanan Makhluk Berakal yang Tinggal di Bumi: Harus Banyak Bertobat

4 Agustus 2022, 17:00 WIB
Sunan Gunung Jati banyak memberikan petuah untuk mendidik manusia berakal. /YouTube

 

PORTAL MAJALENGKA - Petuah atau nasehat Sunan Gunung Jati tentang keimanan pada dasarnya untuk mendidik orang-orang agar bisa mawas diri.

Setiap tindakan dan gerak-gerik manusia menurut SUnan Gunung Jati akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Tuhan kelak.

Petuah Sunan Gunung Jati tidak hanya menyadarkan manusia untuk lebih mawas diri, tetapi juga untuk melatih keimanan dan ketakwaan dalam membaca pertanda agar bisa mengantisipasi segala kemungkinan.

Berikut adalah petuah Sunan Gunung Jati tentang mendidik keimanan manusia agar tidak menyimpang keluar dari jalur.

Baca Juga: Mengenal Islam di Cirebon Warisan Sunan Gunung Jati, Begini Ajarannya

1. Yen sembahyang kungsi pucuke panah (jika sholat harus khusyuk dan tawadlu bagaikan anak panah yang menancap kuat).

Dalam hal ini, sholat mempunyai nilai filosofis yang begitu kuat bagi umat Islam. Ketika melaksanakan sholat, bacaan yang penting yaitu memohon petunjuk.

Sebab, kebenaran bukan sesuatu yang mudah didapatkan, sehingga setiap saat harus memohon dan meminta apapun kepada Allah SWT.

2, Yen puasa den kungsi tetaling gandewa (jika puasa harus kuat seperti tali anak panah).

Maksud dari petuah tersebut yaitu orang yang berpuasa bisa merasakan menahan lapar, sama seperti bagaimana yang dirasakan oleh orang dengan ekonomi rendah.

Bagi Sunan Gunung Jati, puasa memiliki makna mendalam. Kuat seperti anak panah mengandung pengertian mampu menembus ketajaman batin sehingga dapat merasakan kehadiran Tuhan lebih dekat.

Bagi seorang waliyullah seperti Sunan Gunung Jati, puasa bukan lagi soal kewajiban, melainkan kebutuhan ruhani. Puasa akan membuat hati seseorang menjadi tajam dan memiliki intuisi yang kuat.

Baca Juga: BISA DIBUKTIKAN! Amalan Sholat Hajat Khusus Rezeki dari Sunan Gunung Jati

3. Ibadah kang tetep (ibadah itu harus terus-menerus).

Ibadah merupakan cara untuk membuat batin manusia menjadi stabil, semakin tinggi kedudukan yang dicapai maka semakin besar pula tanggung jawabnya.

Sunan Gunung Jati menyadari betul akan hal tersebut. Oleh sebab itu, beliau selalu konsisten dalam menjalankan ibadah.

4. Wedi ing Allah (takutlah kepada Allah).

Menurut Sunan Gunung Jati, sikap ini bersifat mutlak dan wajib dimiliki oleh setiap orang.

Orang yang tidak takut kepada Allah, akan dengan mudah melakukan pelanggaran-pelanggaran yang merugikan dirinya sendiri dan orang lain.

Sebagai pemimpin, Sunan Gunung Jati adalah sosok yang berani dan tegas. Beliau tidak merasa takut dengan siapapun dan apapun. Kecuali takut kepada Allah SWT.

Baca Juga: MUDAH DILAKUKAN! Amalan Cepat Kaya dari Sunan Gunung Jati

5. Manah den syukur ing Allah (hati harus bersyukur kepada Allah).

Pemahaman syukur bagi Sunan Gunung Jati tidak hanya sekedar mengucap syukur secara lisan.

Akan tetapi, manusia juga perlu bersyukur melalui batinnya, yaitu bersyukur dari hati kepada Allah. Maka secara tidak langsung, akan melahirkan sifat tawaduk.

6. Kudu ngahekaken pertobat (harus banyak-banyak bertobat).

Tobat adalah sebuah sikap menyadari kekeliruan dan kesalahan yang pernah diperbuat, kemudian meminta ampun kepada Allah.

Sunan Gunung Jati sendiri selalu bertobat kepada Allah bukan hanya karena dosa-dosanya saja. Melainkan atas hal-hal yang bersifat syubhat.

Baca Juga: KERAMAT WALI, Dua Keramat Syekh At-Tirmidzi Murid Nabi Khidir, Nomor 2 Istimewa

Syubhat sendiri merupakan istilah tentang keadaan yang samar mengenai halal atau haramnya sesuatu.

Selain itu, syubhat juga bisa merujuk pada sebuah kerancuan pikiran dalam memahami suatu hal, yang mengakibatkan sesuatu yang salah terlihat benar atau sebaliknya.

Dengan tobat, hati akan merasa tenang karena selalu dibimbing oleh Allah supaya mendapat kemudahan dalam banyak hal. *

Editor: Ayi Abdullah

Sumber: Buku Jalan Hidup Sunan Gunung Jati karya Eman Suryaman

Tags

Terkini

Terpopuler