Apakah Perang Bubat Terjadi Pada Masa Kerajaan Pajajaran? Banyak yang Keliru, Begini Penjelasan Singkatnya!

- 30 November 2023, 09:30 WIB
Apakah Perang Bubat Terjadi Pada Masa Kerajaan Pajajaran? Banyak yang Keliru, Begini Penjelasan Singkatnya!
Apakah Perang Bubat Terjadi Pada Masa Kerajaan Pajajaran? Banyak yang Keliru, Begini Penjelasan Singkatnya! /historyofceribon.id

PORTAL MAJALENGKA - Pada masa silam, penguasa di tanah Sunda telah gugur dalam sebuah perang, yang disebut perang bubat.

Banyak yang menyangka bahwa perang bubat terjadi pada masa Kerajaan Pajajaran berdiri.

Perang Bubat yang dilakukan oleh Kerajaan Majapahit memberikan memori kelam pada rakyat Sunda kala itu.

Baca Juga: Jadwal Keberangkatan Pesawat di BIJB Kertajati Majalengka Kamis, 30 November 2023

Pasalnya salah satu Raja Sunda dan putrinya harus menjadi korban dalam keganasan politik yang ditengarai dilakukan oleh Gajah Mada sebagai pelopornya.

Dilansir dari buku Pakuan Pajajaran di Tengah Pusaran Sejarah Dunia (2010:405), salah satu Raja Sunda harus menjadi korban perang saat pertunangan akan dilaksanakan.

Pakuan Pajajaran atau lebih dikenal dengan Kerajaan Pajajaran merupakan perubahan nama dari Kerajaan Sunda.

Baca Juga: Ramah dan Humble, Warga Cingambul dan Cikijing Titip Aspirasi dan Harapan ke Kang Galih

Kerajaan Sunda merupakan pecahan dari Kerajaan Tarumanagara dengan raja terakhirnya yakni Linggawarman.

Kerajaan terpecah menjadi dua yakni Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh yang berbatasan dengan sungai Citarum.

Kerajaan Sunda dipimpin oleh Tarusbawa yang merupakan menantu dari Linggawarman pada 670-723.

Baca Juga: Sultan Pontianak Berikan Gelar Laksamana Raja Di Laut kepada Menteri Sakti Wahyu Trenggono

Dalam perjalanannya, keturunan dari Tarusbawa berhasil membawa Kerajaan Sunda pada masa keemasan.

Masa keemasan tersebut terjadi pada masa kekuasaan Lingga Buana atau Prabu Wangi yang berkuasa pada 1340-1357.

Pada periode Prabu Wangi kehidupan rakyat terbilang makmur dan sejahtera ditambah dengan kekuatan politik dan ekonomi.

Baca Juga: Bincang dengan Warga Malausma, Kang Galih Akan Beri Akses Pemasaran dan Permodalan Pelaku UMKM

Pada masa itu pula Kerajaan Majapahit dengan Mahapatinya yakni Gajah Mada memiliki ide penyatuan kerajaan sebagai pemenuhan janji sumpah palapa.

Sumpah palapa sendiri merupakan sumpah Gajah Mada untuk bisa menyatukan Nusantara dalam genggaman satu kekuasaan.

Maka direncanakanlah politik perkawinan antara Raja Hayam Wuruk dari Majapahit dengan Putri Dyah Pitaloka dari Kerajaan Sunda.

Baca Juga: Samsung Galaxy A95 5G Rilis di Akhir Desember 2023, Cek Performa dan Spesifikasinya di Sini

Namun dalam perjalannya, rombongan dari Sunda harus menjadi korban karena serangan dari Majapahit yang tak diduga-duga.

Peristiwa penyerangan tersebut dikenal sebagai perang Bubat karena terjadi di Lapangan Bubat yang merupakan bagian wilayah dari Majapahit.

Pendapat lain mengatakan bahwa hal ini ditengarai sebagai ulah Gajah Mada untuk menaklukan Sunda dan dijadikan bagian dari Majapahit.

Baca Juga: KKP Gelar Sosialisasi Rencana Tata Tuang Kawasan IKN

Dalam pendapat lain pula bahwa Hayam Wuruk benar-benar jatuh cinta terhadap Dyah Pitaloka dan bukan merupakan sebuah politik semata.

Namun dari penjalasan tersebut dapat digaris bawahi bahwa peristiwa perang Bubat terjadi bukan pada masa Pajajaran.

Masa Pajajaran masih dalam buku yang sama diawali oleh penguasanya yakni Sri Baduga Maharaja Jayadewata yang bergelar Prabu Siliwangi.

Baca Juga: Tak Ikut Gabung Latihan Bersama Persib Bandung, 4 Pemain Timnas Dapat Jatah Istirahat

Prabu Siliwangi merupakan cicit dari Prabu Wangi yang berkuasa pada 1474-1513 dan cukup jauh dari masa kakek buyutnya berkuasa.

Selain rentang waktu yang cukup jauh, Prabu Wangi berkuasa di Kerajaan Sunda dan Prabu Siliwangi berkuasa di Kerajaan Pajajaran.

Itulah sekilas tentang peristiwa perang Bubat yang terjadi bukan pada masa Kerajaan Pajajaran berdiri.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku Pakuan Pajajaran


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x