Tim Pengendalian Inflasi Daerah Jawa Barat Adakan High Level Meeting Antisipasi Stagflasi

- 15 Juli 2022, 10:30 WIB
Tim Pengendalian Inflasi Daerah Jawa Barat Adakan High Level Meeting Antisipasi Stagflasi
Tim Pengendalian Inflasi Daerah Jawa Barat Adakan High Level Meeting Antisipasi Stagflasi /Humas Jabar/

PORTAL MAJALENGKA - Kondisi ekonomi di sejumlah negara dunia mengalami stagflasi. Hal itu dampak pandemi Covid-19 dan perang Rusia dengan Ukraina.

Akibat ekonomi yang mengalami stagfalsi di sejumlah negara bisa dikhawatirkan berpengaruh bagi Indonesia. Karena itu Pemerintah Provinasi Jawa Barat melakukan berbagai antisipasi.

Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Se-Jawa Barat pun mengadakan High Level Meeting di Aula Timur Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis 14 Juli 2022.

Baca Juga: Sekda Jabar Setiawan Hadiri Puncak Pekan Imunisasi Dunia: Luruskan Informasi Imunisasi yang Tidak Tepat

Pelaksana Harian Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Yerry Yanuar mengemukakan, Pemerintah Daerah Provinsi Jabar melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah Jawa Barat merumuskan sejumlah langkah antisipasi terhadap stagflasi akibat situasi global terkini.

Untuk diketahui, stagflasi merupakan kondisi ekonomi yang mengalami pertumbuhan stagnan dan tekanan inflasi terus terjadi akibat pengaruh geopolitik global.

Stagflasi yang mulai terjadi di beberapa negara dikhawatirkan berpengaruh pada Indonesia, khususnya Jawa Barat.

Baca Juga: DIALOG MENEGANGKAN Antara Syekh Abdul Qodir Jaelani dan Iblis, Karomah Wali Sakti

"Secara global sedang terjadi stagflasi ekonomi, tentunya kita bangsa Indonesia, khususnya Jawa Barat perlu mengantisipasi hal tersebut," kata Yerry Yanuar pada High Level Meeting.

Menurut Yerry, Jabar saat ini secara moneter indikator ekonomi terlihat baik. Misalnya pertumbuhan ekonomi yang masih di atas nasional, nilai ekspor yang terus naik, dan suplai pangan yang mencukupi. Namun risiko stagflasi perlu terus diantisipasi.

"Pertumbuhan ekonomi Jabar masih di atas nasional 5,61 persen. Akan tetapi inflasi kita juga ada peningkatan. Nah, stagflasi ini kan antara pertumbuhan yang makin lambat, inflasi meningkat, itulah persoalannya," sambungnya.

Baca Juga: Keramat Wali Syekh Bisyr Al Hafi Bikin Pimpinan Rampok Bertaubat Usai Beli Jenang yang Disentuh Tangannya

Maka pada High Level Meeting itu dirumuskan sejumlah langkah antisipasi baik untuk jangka pendek, menengah, dan panjang.

Diharapkan rumusan yang dirancang dapat segera terealisasikan dan berdampak positif pada pertumbuhan perekonomian Jabar, terlebih lagi nasional.

Untuk antisipasi jangka pendek, salah satunya langkah yang akan dilakukan adalah memangkas jalur distribusi pangan.

Baca Juga: Ajian Sakti Tujuh Sap Tangga Sunan Drajat, Murid dan Menantu Sunan Gunung Jati

Yerry mengungkapkan terdapat tiga persoalan ketahanan pangan, di antaranya ketersediaan, keterjangkauan, dan distribusi.

"Upaya dari Pemda Provinsi Jabar, kita mempunyai dua pusat distribusi pangan, yaitu di Purwakarta dan Cirebon. Tapi kita perlu semacam kerja sama regional antar wilayah," ungkap Yerry.

"Misalnya jika suatu wilayah kekurangan komoditas A, maka wilayah ini kontak ke wilayah B, sehingga ketika ada suatu kebutuhan tidak akan terlalu naik (harganya)," imbuhnya.

Baca Juga: PERSIB BANDUNG Siap Luncurkan Jersey Terbaru, Bos Teddy Tjahjono Ungkapkan Ini untuk Mitra Sponsornya

Jika sentra pangan di suatu daerah menghasilkan produk pertanian, tapi didistribusikan dengan jalur yang panjang dan mahal, maka kondisi seperti itu perlu dipersingkat.

Jangan sampai daerah penghasil malah kesulitan mendapatkan komoditas yang dihasilkan daerahnya sendiri. Sementara daerah lain yang merupakan daerah konsumen mendapat pasokan melimpah.

Oleh karenanya, Yerry menegaskan, hal ini menjadi bagian penting dan perlu diperhatikan semua stakeholder terkait. Terutama agar ongkos kirim tidak melonjak, sehingga daya beli masyarakat tidak terlalu terbebani.

Baca Juga: Psikolog Beberkan Kondisi Terakhir Istri Irjen Ferdy Sambo, Update Kasus Tewas Brigadir J

Sementara itu Asisten Deputi Moneter dan Sektor Eksternal Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Ferry Irawan mengungkapkan, Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) mengapresiasi High Level Meeting yang digelar TPID Jabar.

Menurut Ferry, secara domestik pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif lebih baik dibandingkan dengan negara lain. Namun demikian risiko stagflasi dari negara lain perlu terus diantisipasi.

"Beberapa tindak lanjut yang akan dilakukan TPID Jabar itu yang diharapkan bisa menjadi bagian penting untuk menjaga stabilitas inflasi kita terutama semester II tahun 2022," harapnya.

Baca Juga: JADWAL PERSIB BANDUNG Liga1 Indonesia 2022/2023, Cek Kapan Lawan Persija Jakarta

"Mudah-mudahan pada High Level Meeting ini langkah -langkah yang dirumuskan betul-betul bisa dilaksanakan menjadi kebijakan strategis," pungkas Ferry.

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Jabar Noneng Komara mengatakan, promosi investasi di sektor pangan juga menjadi penting terkait antisipasi stagflasi.

"Ketika pertumbuhan ekonomi lebih kecil dari inflasi tentu saja berpengaruh terhadap daya beli masyarakat," kata Noneng.

Baca Juga: KEBERHASILAN PARA WALI Mendidik Sunan Gunung Jati Cucu Prabu Siliwangi Sukses Membangun Kesultanan Cirebon

"Maka itu dari sisi investasi, kita melibatkan para investor ke sektor-sektor ketahanan pangan seperti pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan," tambalnya.***

Editor: Husain Ali

Sumber: Humas Jabar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x