Ketegangan yang meningkat mengikuti bentrokan paling serius di kota itu sejak 2017.
Ratusan warga Palestina dan beberapa lusin petugas polisi terluka dalam beberapa hari terakhir dalam bentrokan di dalam dan sekitar Kota Tua. Termasuk kompleks suci, yang dikenal oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount dan bagi Muslim sebagai Tempat Suci yang Mulia atau Haram al-Sharif.
Baca Juga: Maruarar Sirait Diminta Maju Kembali di Pileg 2024 Mewakili Dapil SMS
Kekerasan terbaru terjadi ketika dewan keamanan PBB menjadwalkan konsultasi tertutup mengenai situasi di Yerusalem pada Senin. Para diplomat mengatakan, pertemuan itu diminta oleh Tunisia, perwakilan Arab di dewan tersebut.
Keputusan pada Senin untuk mengubah rute bagian dari "pawai bendera" tahunan Hari Yerusalem yang memasuki Kota Tua Muslim Quarter menyusul kekhawatiran dari pejabat keamanan senior Israel bahwa hal itu dapat memperburuk situasi yang sudah berbahaya.
Berbicara dalam pertemuan kabinet khusus sebelum Hari Yerusalem, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan, Israel tidak akan mengizinkan ekstremis manapun untuk mengguncang ketenangan di Yerusalem.
Baca Juga: Innalillahi, Tengku Zulkarnain Meninggal Dunia dalam Kondisi Positif Covid-19
"Kami akan menegakkan hukum dan ketertiban dengan tegas dan bertanggung jawab ," kata Netanyahu.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mengatakan, serangan roket dari Gaza terhadap Israel harus dihentikan segera. Dia juga mendesak semua pihak untuk mengambil langkah-langkah meredakan situasi.
"Semua pihak perlu menurunkan ketegangan, mengurangi ketegangan, mengambil langkah-langkah praktis untuk menenangkan keadaan," kata Blinken saat bertemu dengan mitranya dari Yordania di Washington.