Seperti Apa Sistem Pemilu Electoral College di AS? Ini Penjelasannya!

9 November 2020, 16:00 WIB
Perbandingan peta perolehan suara yang ada di film kartun The SimpsPilpres AS 2020 Tangkap layar akun Tiktok.com/@f320Jamall /

PORTAL MAJALENGKA - Sistem Pemilihan Umum (Pemilu) Amerika Serikat (AS) ternyata berbeda dengan Indonesia.

Sepanjang sejarah, tercatat sejumlah kandidat presiden yang meraih suara populer terbanyak di Pemilu AS, namun harus kalah karena Electoral College.

Pada tahun 2016 lalu, Hillary Clinton memenangkan suara populer Pemilu secara nasional dengan hampir 3 juta suara.

Baca Juga: Mau Ngedit Foto atau Video? Manfaatkan 7 Aplikasi Ini!

Sementara Donald Trump berhasil mengumpulkan hampir 57 persen Electoral College di Pemilu AS, sehingga berhasil mendapatkan kunci ke Gedung Putih.

Hal yang sama pernah terjadi pada tahun 2000, dimana Al Gore memenangkan suara populer di Pemilu AS, namun George W Bush memperoleh Electoral College lebih banyak.

Diberitakan PR Bandung Raya sebelumnya, dalam artikel yang berjudul, Mengenal Sistem Pemilu Electoral College di AS, Ternyata Jumlah Suara Terbanyak Belum Tentu Menang, Apabila menelisik lebih jauh, hal serupa juga pernah terjadi pada tahun 1888.

Baca Juga: LAGI, Pemprov DKI Jakarta Perpanjang PSBB Transisi

Benjamin Harrison mengalahkan Grover Cleveland berkat Electoral College, padahal kalah telak dalam suara populer di Pemilu AS.

Kendati demikian Grover Cleveland mencalonkan diri kembali empat tahun kemudian, dan akhirnya berhasil memenangkan Pemilu AS.

Selain itu, hal serupa juga pernah terjadi pada John Quincy Adams dan Rutherford B Hayes dalam Pemilu AS pada tahun 1824 dan 1876.

Baca Juga: Iran : Biden Bisa Tebus Kesalahan Trump

Electoral College atau Pemilihan Elektoral merupakan sistem Pemilu AS dimana kandidat harus melakukan strategi kampanye dengan menargetkan negara bagian yang dapat membantu mereka mencapai 270 suara dari keseluruhan 538.

Tidak seperti pemilu di Indonesia, Presiden dan Wakil Presiden AS tidak dipilih langsung oleh rakyat, melainkan oleh elector atau penerima mandat partai.

Dengan begitu Electoral College merupakan hasil kompromi konstitusional yang menggabungkan suara paling banyak dan juga Kongres, yakni DPR dan Senat.

Baca Juga: Aa Gatot Brajamusti Mengidap Hipertensi dan Stroke

Jumlah suara yang penting dalam sistem Electoral College adalah 270, dengan elector di setiap negara bagian ditentukan oleh jumlah dari Kongres yang mencapai 538 secara keseluruhan.

Dilansir dari The New York Times, Profesor Profesor Hukum dan Ilmu Politik di Universitas Yale, Akhil Reed Amar menyamakan sistem Electoral College ini dengan dengan permainan tenis.

"(Electoral College) adalah seberapa banyak set yang Anda menangkan, bukan berapa banyak permainan atau poin yang Anda menangkan. Anda harus memenangkan set, dan dalam sistem kami, Anda harus memenangkan negara bagian," kata Profesor Amar.

Baca Juga: Indonesia masih Sebagai Pengekspor Terbesar Sarang Burung Walet

Sistem Electoral College digunakan lantaran terdapat argumen bahwa suara dari negara bagian dengan populasi yang lebih sedikit akan kalah dalam suara terbanyak (Popular Vote), sehingga dinilai tidak adil.

"Ketika Anda berbicara tentang Electoral College yang membentuk pemilihan, itu membentuk pemilihan sepanjang waktu karena menempatkan fokus pada negara bagian tertentu dan bukan yang lain," kata profesor di Universitas Harvard, Alexander Keyssar.

Di sisi lain, Electoral College memberikan kursi kepresidenan kepada kandidat dengan jumlah suara terbanyak (di bawah 50 persen) dalam sejumlah kasus.

Baca Juga: Pemerintah Harus Lebih Prioritaskan Perdagangan di Dalam Negeri

Di antaranya Abraham Lincoln pada tahun 1860, John F Kennedy pada tahun 1960, dan Bill Clinton pada tahun 1992 dan 1996.***(Elfrida Chania S/PR Bandung Raya)

 

 

Editor: Andra Adyatama

Sumber: PR Bandung Raya

Tags

Terkini

Terpopuler