Rusia Tumpuk Senjata di Perbatasan Ukraina, Amerika Serikat Ingatkan Sekutu Kemungkinan Invasi Militer

14 November 2021, 10:45 WIB
Para migran berkumpul di kamp dekat perbatasan Belarusia-Polandia. Rusia menumpuk senjata di perbatasan Ukraina dan Amerika Serikat khawatir invasi militer /Leonid Scheglov/BelTA/Handout via REUTERS

PORTAL MAJALENGKA - Invasi militer ke Ukraina oleh pasukan Rusia mungkin sudah dekat, dan Amerika Serikat memperingatkan sekutunya di Eropa, Jumat 12 November 2021.

Amerika Serikat khawatir Rusia dapat mengambil tindakan invasi militer di tengah ketegangan di perbatasan Belarusia-Polandia, dan situasi yang semakin lemah dengan pasokan gas alam Eropa.

Kekhawatiran akan kemungkinan invasi militer sebagian dipicu penumpukan senjata Rusia di perbatasan dengan Ukraina, seperti dilaporkan Bloomberg.

Pejabat Amerika Serikat telah memberi pengarahan kepada rekan-rekan mereka di Eropa, tetapi penilaian mereka juga didasarkan wawasan yang belum mereka bagikan dengan sekutu Uni Eropa.

Baca Juga: Aktivis Lingkungan: Konferensi Iklim COP26 Lebih Banyak Diisi Delegasi Pro Industri Bahan Bakar Fosil

Rusia membantah tuduhan itu tetapi menyatakan kemarahannya atas kapal perang Amerika di Laut Hitam, yang dikatakan berlayar terlalu dekat dengan wilayahnya.

Sebuah sumber yang dilaporkan terkait dengan Kremlin mengatakan, Rusia tidak ingin memulai perang dengan Ukraina tetapi mengindikasikan siap jika diperlukan.

Seorang pejabat Kremlin mencatat bahwa serangan terang-terangan Rusia akan memicu kemarahan publik di Ukraina dan di antara komunitas global.

“Tetapi mereka memiliki rencana untuk menanggapi provokasi negara yang lebih kecil,” kata mereka.

Analisas Bloomberg awal pecan ini menyebut selama beberapa minggu terakhir Rusia telah memindahkan tank dan artileri ke perbatasannya dengan Ukraina.

Baca Juga: Facebook Telah Berganti Nama Menjadi Meta, Ini Penjelasan Mark Zuckerberg

Hal itu mendorong Direktur CIA Bill Burns untuk terbang ke Moskow dan melakukan pertemuan pribadi yang langka dengan Presiden Vladimir Putin.

Sebuah sumber mengatakan kepada CNN, Bill Burns berbagi keprihatinan serius AS atas pembangunan militer.

DailyMail.com menghubungi Departemen Luar Negeri untuk memberikan komentar, tetapi dirujuk ke komentar Menteri Luar Negeri Antony Blinken, ketika menyuarakan keprihatinan serupa dalam konferensi pers dengan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba.

“Kami prihatin dengan laporan aktivitas militer Rusia yang tidak biasa di dekat Ukraina. Kami memantau kawasan dengan sangat cermat, seperti yang selalu kami lakukan, kami akan terus berkonsultasi secara dekat dengan sekutu dan mitra mengenai masalah ini,” kata Blinken kepada wartawan.

“Dan seperti yang telah kami jelaskan, tindakan eskalasi atau agresif apapun akan menjadi perhatian besar bagi Amerika Serikat. Kami terus mendukung de-eskalasi di kawasan dan resolusi diplomatik atas konflik di Ukraina timur,” ujarnya.

Baca Juga: Korea Selatan Uji Coba Peluncuran Roket Luar Angkasa Pertama Buatan Sendiri

Laporan itu muncul saat pertempuran antara kelompok yang didukung Rusia dan pasukan Ukraina memanas.

Itu dimulai pada tahun 2014 setelah Rusia secara ilegal mencaplok semenanjung Krimea menyusul sebuah revolusi yang menggulingkan mantan presiden Ukraina yang secara luas dipandang sebagai corong lain dari Putin.

Operasi Pasukan Gabungan Ukraina, pasukan militer yang dibentuk pada 2018 untuk membela negara dalam konflik yang sedang berlangsung di wilayah Donbas, menuduh Rusia melanggar perjanjian gencatan senjata lima kali selama periode 24 jam.

Dalam sebuah pernyataan yang diposting ke Facebook, JFO menuduh Rusia melakukan agresi bersenjata, meskipun Kremlin secara konsisten membantah terlibat dalam konflik tersebut.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh Putin dengan sengaja merekayasa krisis gas dan mendesak Eropa Barat untuk bertindak cepat dengan hukuman.

“Saya akan merekomendasikan kepemimpinan Polandia, Lituania dan orang-orang berkepala kosong lainnya untuk berpikir sebelum berbicara,” katanya.

Baca Juga: Tolak Tawaran Dialog Amerika Serikat, Korea Utara Diduga Uji Coba Rudal Balistik

Di antara negara-negara yang bersumpah akan memberikan sanksi atas konflik tersebut adalah negara-negara anggota NATO dan Uni Eropa, serta AS.

Rusia juga dituduh meningkatkan krisis, dan Uni Eropa dilaporkan dalam pembicaraan untuk menargetkan maskapai penerbangan nasional Aeroflot sebagai bagian dari paket sanksi baru.

Kremlin mengatakan pada hari Kamis bahwa Rusia tidak ada hubungannya dengan krisis migran di perbatasan Belarus-Polandia dan menolak saran itu sebagai “gila”.

Rusia malah menyalahkan Uni Eropa, mengklaim badan internasional itu mencoba untuk “mencekik” Belarus.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan pada konferensi pers bersama dengan timpalannya dari Belarusia Vladimir Makei, bahwa dia berharap orang Eropa yang bertanggung jawab akan “tidak membiarkan diri mereka ditarik ke dalam spiral yang cukup berbahaya”. *

Editor: Ayi Abdullah

Sumber: dailymail.co.uk

Tags

Terkini

Terpopuler