PORTAL MAJALENGKA - Kecerdikan sosok wali sufi Abu Nawas memang kerap kali membuat seseorang tertawa.
Tidak hanya itu, kecerdikan yang dimiliki oleh wali sufi Abu Nawas juga kerap menyadarkan seseorang akan keesaan Allah.
Dikutip Portal Majalengka dari youtube Dongeng Sufi Official, suatu hari sang wali sufi Abu Nawas berangkat menuju pasar untuk berjualan mencari rezeki tambahan.
Baca Juga: Momen Kehangatan Luis Milla Disambut Anggota Persib Bandung di Bandara, Ini Alasannya
Sesampainya di pasar, sang wali sufi Abu Nawas langsung menggelar tikar sebagai lapaknya berjualan. Kebetulan pada hari itu ia berjualan sandal yang diberi nama ajaib.
Sang wali sufi Abu Nawas mulai berteriak-teriak menawarkan barang dagangannya kepada orang-orang di pasar.
"Sandal ajaib... Sandal ajaib...," teriak Abu Nawas berkali-kali.
Tak lama setelah itu, datang seorang pemuda menghampirinya dan melihat-lihat barang dagangannya.
"Silahkan tuanku, mau beli sandal?," tanya sang wali sufi Abu Nawas.
"Ya... apakah ini sandal ajaib?," tanya pemuda itu.
"Tentu saja tuan," jawab Abu Nawas.
Baca Juga: Egy Debut Sebagai Starter di Liga Slovakia, Zlate Moravce Harus Takluk di Kandang FC Dukla Banska
"Saya ingin mencari sandal yang bisa merubah hidup saya yang miskin ini," kata pemuda itu.
"Apa maksud tuan?," tanya Abu Nawas lagi.
"Saya ini sudah lama hidup miskin dan ingin sekali kaya raya. Saya ingin membeli barang yang bisa memberikan saya keberuntungan," ujar pemuda itu.
Sejurus kemudian, sang wali sufi Abu Nawas menunjukkan salah satu sandal ajaibnya. Ia mengatakan bahwa sandal itu akan membuat pemiliknya dari tidak berada menjadi berada.
Baca Juga: Memulai Laga dari Bangku Cadangan, Witan Sukses Antar AS Trencin Amankan 3 poin di Kandang DAC 1904
Karena tertarik dengan kata-kata Abu Nawas, tanpa berpikir panjang pemuda itu langsung membeli sandal ajaib yang dijual Abu Nawas.
Pemuda itu langsung memakai sandal ajaib tersebut kemudian meninggalkan Abu Nawas dan berkeliling kampung dengan harapan semoga keberuntungan segera berpihak kepadanya.
Pemuda tersebut terus-menerus berjalan mengitari Kampung-kampung dengan menggunakan sandal ajaibnya.Namun harapannya tidak kunjung terwujud juga.
Bukannya keberuntungan, si pemuda tersebut malah mendapat kemalangan. Ia hampir saja dihakimi warga karena dikira pencuri yang sedang wara-wiri mengintai mangsa.
Hari sudah menjelang sore, dengan perasaan marah dan kecewa ia akhirnya mencari Abu Nawas untuk meminta pertanggungjawabannya.
Setelah bertanya kesana kemari, akhirnya ia menemukan Abu Nawas.
"Assalamualaikum," sapa pemuda itu.
"Waalaikumsalam, eh ternyata tuan. Bagaimana kabar tuan?," tanya Abu Nawas.
Baca Juga: BOCAH KECIL Hanyut Terbawa Arus Aliran Sungai Cipelang Jatitujuh Majalengka
"Kabar buruk! Aku tidak merasakan keberuntungan apa-apa setelah memakai sendal ini, malahan hampir saja aku celaka dihajar warga kampung gara-gara dikira pencuri. Padahal kau sudah mengatakan jika sendal ini akan membawa keberuntungan kepada pemiliknya. Mana buktinya!," protes pemuda itu.
"Seingat saya tidak pernah saya mengatakan seperti itu tuan," sanggah wali sufi Abu Nawas.
"Saya hanya mengatakan bahwa sandal ini akan membuat orang yang tidak berpunya menjadi berpunya. Buktinya adalah tuan sebelumnya belum memiliki sandal ajaib sekarang sudah memilikinya," ucap Abu Nawas.
Mendengar penjelasan sang wali sufi Abu Nawas itu, pemuda tersebut nampak diam. Ia akhirnya sadar bahwa ini sedang salah menafsirkan.
Baca Juga: CERDAS DAN KOCAK, Cara Wali Sufi Abu Nawas Tundukkan Gajah Ajaib
"lalu mengapa engkau mengatakan bahwa sandal ini ajaib?," tanya pemuda itu.
"Oh... Jika itu, .emanglah namanya sandal ajaib, bukan sandalnya yang ajaib," jawab Abu Nawas.
"Jangan percaya kepada barang ajaib, karena percaya pada sesuatu selain Allah bisa membuat kita syirik dan akan mendapatkan kesusahan di dunia dan akhirat kelak. Buktinya yang tuan alami ini, hari ini. Oleh karena itu segeralah bertaubat kepada Allah," tambah wali sufi Abu Nawas.
Baca Juga: JARANG YANG TAHU!, INILAH Keajaiban yang Bisa Didapat dari Mengkonsumsi Telur Ayam Kampung
Akhirnya dengan perasaan malu pemuda itu pergi begitu saja tanpa sepatah katapun.
Ia menyadari jika ia telah melakukan kesalahan karena mengharap sesuatu kepada selain Allah dan tanpa berusaha. Mulai saat itu pun ia langsung bertobat kepada Allah.***