Majalengka Mulai Dihantui Masalah Klasik Bernama Banjir

10 Januari 2021, 05:00 WIB
Hasanudin, Mahasiswa Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon /

Oleh; Hasanudin )*

Dalam lima tahun terakhir, Hampir setiap musim hujan, Kabupaten Majalengka dilanda genangan air (Kalau tidak mau disebut banjir).

Bahkan setiap tahun banjir tersebut semakin parah, tidak hanya terjadi di lingkungan perkotaan, akan tetapi sudah menjalar ke areal persawahan di pedesaan.

 

Terbaru, Ratusan hektare lahan sawah milik petani di tujuh desa di Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, terendam banjir akibat luapan air dari Sungai Cibuaya.

Baca Juga: Beredar di Dunia Maya, Diduga Berikut Daftar Penumpang Sriwijaya Air yang Hilang Kontak

Terendamnya sawah tersebut mengakibatkan tanaman padi terancam gagal panen. Sekitar 300 hektare sawah terndam banjir.

Ketujuh desa yang areal persawahannya terendam tersebut, yakni Desa Jatitujuh sebanyak 20 hektare, Desa Jatitengah seluas 26 hektare.

Kemudian Desa Jatiraga seluas 30 hektare, Desa Sumber Kulon seluas 30 hektare, Desa Sumber Wetan seluas 45 hektare, Desa Biyawak seluas 30 hektare, dan Desa Panyingkiran seluas 2 hektare.

Baca Juga: Melly Goeslaw Rilis Lagu Hits Mendiang Ayah, Sio Mama

Kondisi Banjir di areal sawah Tujuh Desa se Kecamatan Jatitujuh

Baca Juga: Jangan Takut, Kasus Alergi Setelah Vaksinasi Covid-19 Sangat Jarang dan Bisa Ditangani

Banjir dapat terjadi akibat naiknya permukaan air lantaran curah hujan yang diatas normal, perubahan suhu, tanggul, atau bendungan yang bobol, pencairan es (kutub) yang cepat, atau terhambatnya aliran air ditempat lain.

Penyebab terjadinya banjir di antaranya pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya. Biasanya sampah dibuang di tempat-tempat umum dan sungai.

Pembuangan sampah di sungai membuat hambatan yang serius pada aliran sungai dan selanjutnya air sungai meluap dan menyebabkan banjir.

Baca Juga: Tips Cegah Data Pribadi Terus Jadi Target Kejahatan

Kebiasaan masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai adalah membuang segala hasil dari koonsumsi aktivitas sehari-harinya di sungai.

Meskipun banjir telah menjadi bencana alam musiman yang terjadi setiap tahunnya, serta faktor-faktor terjadinya banjir yang sulit dihilangkan, namun bukan berarti banjir tidak dapat dicegah dan ditanggulangi.

Baca Juga: Ada Penampakan di Pulau Laki, Diduga Kabel dan Serpihan Pesawat Sriwijaya Air

Rusaknya daerah hulu yang merupakan daerah resapan air, menyebabkan persoalan di  hilir sulit teratasi. Sehingga cakupan banjir di hilir sungai Cibuaya setiap tahun semakin meluas. Masalah ini sebenarnya terjadi sejak beberapa tahun lalu.

Persoalan daerah resapan air semakin diperparah dengan alih fungsi lahan di wilayah hulu sungai.

Terkait penangan banjir, penulis menyarankan agar penanggulangan banjir di Majalengka untuk segera dievaluasi. Termasuk evalusi di bidang tata ruang dan perencanaan pembangunan di wilayah tersebut.

Wakil Bupati Majalengka meninjau lokasi areal persawahan yang banjir di kecamatan Jatitujuh

Baca Juga: Bolehkah Ibu Hamil dan Ibu Menyusui Terima Vaksin Covid-19, Ini Jawaban Vaksinolog

Dibutuhkan masterplan perencanaan yang matang untuk wilayah tersebut. Apalagi, di Desa Jatitengah rencananya akan dibangun pabrik. Tentu bisa dibayangkan.

Pematangan masterplan tidak bisa dilakukan hanya dalam kurun waktu 10 tahun. Perubahan itu butuh waktu 25 tahun.

Masterplan drainase tiap daerah masing-masing memiliki perbedaan. Akan tetapi perbedaan itu harus disesuaikan dengan DAS-nya masing-masing. Harus bersama-sama mengacu pada drainase sungai masing-masing.

Baca Juga: Untuk Pastikan Platform Aman, Facebook Miliki Empat Senjata

Kita seringkali dilanda bencana banjir, terutama di daerah-daerah yang rawan banjir. Meski sudah berbagai upaya yang dilakukan untuk menghalau banjir datang, tetap saja banjir ini menghantui kita.

Sudah seharusnya kita bersama-sama saling mengupayakan cara pencegahan banjir ini untuk meminimalisir banjir supaya tidak meresahkan lagi.

Pembangunan kanal-kanal, bisa menjadi solusi untuk mengatasi banjir. Meskipun membutuhkan dana yang besar hal itu mesti dilakukan untuk masa depan pembangunan.

Baca Juga: Sriwijaya Air Hilang Kontak di Kepulauan Seribu, Titiknya Sekitar Ini

Cara untuk mencegah dan upaya menghalau banjir diantaranya yaitu:

  1. Membuat saluran air yang baik

Untuk mencegah debit air hujan yang terlalu banyak atau luapan air sungai diperlukan pembuatan saluran air tambahan sehingga air hujan atau luapan sungai bisa mengalir dengan lancar.

Dalam sepetak bidang sawah sebaiknya dibuat tambahan saluran pipa paralon agar air cepat mengalir ke tempat yang lebih rendah. Hal ini dibuat agar tanaman yang terendam dalam petakan sawah tidak terendam terlalu lama.

Baca Juga: Bebas Murni, Abu Bakar Ba’asyir Kembali Jalankan Rutinitas Dakwah

  1. Membersihkan saluran air

Ketika debit air hujan banyak dan merendam lahan petakan sawah, segera lakukan pengecekan saluran air untuk dibersihkan dari kotoran yang dapat menghambat aliran air.

  1. Membuat tanggul atau tembok

Posisi sawah yang letaknya berdekatan dengan saluran air/ sungai sebaiknya disarankan agar membuat tanggul atau tembok agar ketika debit air tersebut meluap tidak langsung melebar ke tanah sawah karena bisa terhalang oleh tanggul atau tembok tersebut.

Baca Juga: Sriwijaya Air Hilang Kontak, Ini Posisi Terakhir Pesawat

  1. Pengerukan sungai

Sungai yang dangkal bisa menyebabkan bencana banjir. Jika sebelumnya sungai mampu mengalirkan sejumlah air yang banyak dalam kurun waktu tertentu, kini pengaliran telah berkurang.

Ini disebabkan  proses pengendapan dan pembuangan bahan-bahan buangan. Langkah untuk menangani masalah ini adalah dengan menjalankan proses pendalaman sungai dengan mengorek semua lumpur dan kekotoran yang terdapat di sungai.

Baca Juga: Jika Terjadi KIPI Setelah Vaksinasi Covid-19, Pemerintah Tanggung Biaya Perawatan

Bila proses ini dilakukan, sungai bukan saja menjadi dalam tetapi mampu mengalirkan jumlah air hujan dengan banyak.

Tetapi pada akhirnya sih, boleh setuju boleh tidak, bisa percaya bisa juga tidak. Saya sih ga mau maksa.

)* Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon, tinggal di Jatitujuh

 

Editor: Andra Adyatama

Tags

Terkini

Terpopuler