Tips Cegah Data Pribadi Terus Jadi Target Kejahatan

- 9 Januari 2021, 19:00 WIB
ilustrasi kejahatan siber.
ilustrasi kejahatan siber. /Pixabay/pexels.com/@pixabay

PORTAL MAJALENGKA - Kebocoran data pribadi, perusahaan, maupun negara akibat serangan siber terus menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan, terlebih dalam dunia yang semakin digital seperti sekarang, di mana budaya online bahkan semakin kental dengan masyarakat lantaran desakan situasi pandemi Covid-19.

Dalam berbagai kajian empiris, serangan siber pada 2020 meningkat tajam bersamaan dengan gelombang pandemi virus corona di berbagai negara, dan prediksi mengatakan pada 2021 ini bakal melonjak terutama di kawasan pusat perkembangan ekonomi dunia, Asia Pasifik.

Barbarengan dengan berkembangnya Internet of Things (IoT) untuk industri dan juga mulai diaplikasikannya jaringan berkecepatan tinggi Generasi 5 (5G), kawasan Asia Pasifik diprediksi bakal menjadi kawasan dengan pangsa pasar Industrial Internet of Things (IIoT) terbesar mulai 2020.

Baca Juga: Kementerian Sosial Perbaiki Skema Distribusi Bansos 2021

Meskipun perkembangannya terhambat sementara akibat pandemi Covid-19, kawasan ini sepertinya akan tetap menjadi hub (pintu keluar masuk) utama dunia dalam kancah manufaktur industri, menjadi fokus dunia untuk investasi, namun sekaligus incaran bagi pelaku kejahatan siber.

Sebagaimana di negara-negara di dunia, di kawasan kita, Asia Tenggara, masyarakatnya yang terpaksa banyak tinggal di rumah karena pandemi juga tidak menghentikan aktivitas mereka dengan beralih ke digital.

Masyarakat di kawasan ini merupakan di antara pengguna Internet paling aktif di dunia, dan adopsi digital semakin menyebar ke daerah-daerah non-kota kala pandemi melanda.

Baca Juga: DPRD Siap Awasi Vaksinasi, Ketua Komisi III: Keamanan Individu Paling Utama

Sekarang pengguna internet di Asia Tenggara telah mencapai 400 juta hampir 70 persen dari populasi, di mana individu dan bisnis sekarang melakukan banyak hal secara online, bahkan yang sebelumnya tidak menyukai digital pun terpaksa harus daring.

Seiring perkembangan itu, ancaman kejahatan siber juga tentunya bakal meningkat. Berdasarkan laporan perusahaan keamanan Kaspersky baru-baru ini, pada 2020 wilayah Asia Tenggara setidaknya mengalami empat serangan siber besar-besaran yang bisa menjadi pelajaran semua orang.

Pertama, lebih dari 310.000 detil kartu kredit yang dikeluarkan oleh bank-bank ternama di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam, terlibat dalam pelanggaran data pada Maret lalu.

Baca Juga: BPOM Tunggu Data Klinis Izin Darurat Vaksin Sinovac

Pada bulan yang sama, informasi pribadi 91 juta pengguna platform e-commerce terbesar di Indonesia bocor, kemudian dua bulan berikutnya (Mei) 8,3 miliar pelanggan jaringan seluler terbesar di Thailand terekpos.

Lalu, belum lama lalu, pada Oktober 2020, platform toko online berbasis di Singapura mengalami pelanggaran data yang memengaruhi sekiar 1,1 juta akun.

Pelanggaran data pribadi lainnya yang menggegerkan Indonesia tahun lalu antara lain kasus bobolnya rekening Ilham Bintang di Commonwealth Bank.

Baca Juga: Tak Mau Divaksin Akan Rugikan Diri Sendiri dan Orang Lain

Wartawan senior yang juga ketua Dewan Kehormatan PWI pusat itu mengalami kerugian materiil 25 ribu dolar Australia ditambah 16,77 juta dalam denominasi rupiah.

Meskipun "ontran-ontran" di perbankan itu bermula dari akses melalui aktivitas offline, yakni penggantian kartu SIM seluler Indosat tanpa diketahui pemiliknya, kasus ini jelas merupakan peretasan mobile banking yang juga berpotensi dialami oleh siapa saja.

Laporan beberapa riset perusahaan keamanan juga menyebut bahwa pandemi Covid-19 telah dimanfaatkan oleh para peretas untuk menerobos banyak jaringan penting. Salah satunya, basis data pemerintah berisi data pribadi 230.000 peserta tes COVID-19 di Indonesia telah dilanggar pada Mei 2020.

Baca Juga: Hari Vaksinasi Covid-19 Perdana Tunggu Izin BPOM

Sementara di Thailand bahwa catatan pasien, yang tersimpan dalam data selama empat tahun, telah terkena serangan pada bulan September lalu.

Trend Micro juga mencatat bahwa Indonesia merupakan negara dengan peringkat pertama di dunia dalam serangan malware (perangkat lunak jahat) berkaitan dengan Covid-19, mencapai sebanyak 11.088.

Halaman:

Editor: Andra Adyatama

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x