Asal Usul Pasar Jodo Jaringan yang Terkenal di Indramayu, Tradisi Unik Pencarian Jodoh

- 26 Mei 2023, 21:00 WIB
Tangkapan layar YouTube Cinema Indramayu merilis film dokumenter Pasar Jodo Jaringan di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu.
Tangkapan layar YouTube Cinema Indramayu merilis film dokumenter Pasar Jodo Jaringan di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu. /YouTube/Cinema Indramayu.

 

PORTAL MAJALENGKA - Asal usul Pasar Jodo Parean yang terkenal di Indramayu, sebagai tradisi unik pencarian jodoh bagi pemuda pemudi di desa tersebut.

Pasat Jodo Parean atau Pasar Jodo Jaringan ini berawal terjadi pada abad ke-17 masehi.  Tradisi tersebut hanya berlaku di dua desa, yaitu Desa Parean Ilir dan Desa Parean Girang yang terletak kurang lebih 35 Km sebelah barat Kota Indramayu.

Adat tradisi pencarian jodoh tersebut dilakukan setiap malam terang bulan antara tanggal 7 sampai tanggal 17 selama 10 malam bulan hijriyah.

Baca Juga: Kisah Abu Nawas Berdoa Minta Jodoh yang Cantik untuk Temani Ibunya Dikabulkan Allah

Pada saat tradisi tersebut nantinya para pemuda pemudi yang belum menikah yang berasal dari kedua desa itu keluar dari desanya dan berkumpul di alun-alun Kandanghaur.

Biasanya saat melakukan tradisi teraebut pakaian yang dikenakan laki-laki hampir mirip dengan pakaian suku Baduy, yaitu dengan memakai baju kampret berwarna putih, sarung pelekat, dan ikat kepala berwarna hitam.

Sementara itu para gadisnya akan memakai baju kurung berwarna biru atau merah tua serta kain batik dan selendang tenun yang tersampir di bahunya.

Kemudian selepas sholat Magrib mereka sudah berkumpul di alun-alun dan berkelompok. Pada proses perjodohan itu nantinya mereka akan berbicara menggunakan bahasa Sunda Kuno yang terdengar kasar.

Apabila mereka menaruh hati pada lawan jenisnya mereka menepuk badan lawannya yang dipilih. Jika badan lawan itu ditepuk setuju, maka yang ditepuk badannya itu akan membalas menepuknya kembali.

Setelah itu mereka akan memisahkan diri dari kelompoknya, mereka akan menyisihkan diri dari arena jaringan tersebut guna melakukan perundingan ke tahap selanjutnya.

Baca Juga: Hari TBC Sedunia, Mantan dan Pasien TB Kampung Nelayan Kandanghaur Dapat Bantuan Rumah Layak Huni

Selanjutnya mereka berunding untuk melakukan perjodohannya dan biasanya pertemuan semacam itu tidak hanya berlangsung sekali, tetapi beberapa kali hingga keduanya menyetujui kesepakatan yang dijanjikan kedua belah pihak.

Setelah keduanya sepakat berjanji, kemudian si pemuda akan mengantar pasangannya yang dipilih pulang ke rumah orang tua si gadis. Setibanya di rumah lalu si gadis mengetuk pintu yang dibalas dari dalam dengan ucapan sang orang tua.

“Jeung saha ayeuna?” (Dengan siapa sekarang?)

Konon pertanyaan tersebut mengandung makna dengan pertanyaan sudahkah engkau mendapatkan calon suami lalu si gadis pun menjawabnya. “Sudah ini saya datang dengan teman,”

Pada saat itulah  orang tua si gadis memastikan bahwa anaknya telah mendapatkan jodoh, kemudian sang orang tua membukakan pintu dan si pemuda itu pun dipersilakannya masuk.

Setelah sang pemuda itu masuk lalu antara orang tua si gadis dengan pemuda calon menantunya itu melakukan perundingan mengenai perkawinan mereka berdua dan mengenai masa bakti si calon menantu kepada calon mertuanya.

Baca Juga: Misteri Pohon Asam Rungkad dan Habib Keling Indramayu yang Masih Berkaitan, Kamu Perlu Tahu

Adapun yang dimaksud dengan masa bakti adalah si menantu untuk selama jangka waktu yang telah disetujui oleh keduanya biasanya berkisar antara dua sampai tiga tahun si menantu diharuskan tinggal di rumah sang mertua untuk membantu pekerjaan mertuanya.

Setelah itu sang pemuda diminta untuk melamar atau warga desa setempat menyebutnya paserahan si gadis yang dipilihnya tersebut.

Itulah sejarah Pasar Jodo Parean yang terkenal di Indramayu. Hal itu pun dijadikan salah satu tradisi unik dari Indramayu yang dilirik warga kota lain. *

Editor: Ayi Abdullah

Sumber: Youtube Channel Sejarah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x