PORTAL MAJALENGKA - Istilah tarling diambil dari gitar dan suling. Musik tarling merupakan aliran musik yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat pantai utara (pantura) Cirebon- Indramayu.
Musik tarling telah melewati empat fase, fase pertama masuk dalam tahapan tarling klasik (1940-1970).
Pada fase ini notasi musik tarling berasal dari gamelan. Bentuk irama lagu tarling klasik masih lambat dan didalamnya tidak ada syair ataupun lirik lagu yang baku.
Supali Kasim, seorang budayawan Indramayu menjelaskan dalam tarling klasik hanya ada kerangka lagunya saja dengan tempo bisa sampai 4/8 tergantung dari suara gong. Jadi mirip dengan musik yang biasa dinyanyikan sinden.
Beberapa pelopor fase pertama tarling klasik di antaranya adalah Sugra (1940) yang berasal dari Kelurahan Kepandean, Indramayu serta Jayana dari Karangampel, Indramayu.
Pada fase kedua musik tarling memasuki fase tarling kiser gancang (1960-1980). Pada era ini musik tarling mengalami sedikit perubahan.Baik irama, lagu dalam musik tarling bernada nge-pop. Pada masa ini musik tarling sering disebut tembang anyar.
Musik tarling kiser gancang di fase kedua ini, masih menggumakan notasi daerah yang berasal dari gamelan. Yang berbeda dari sebelumnya terletak pada tempo dan iramanya lebih cepat.
Di antara contoh musik tarling klasik Kiser Gancang seperti Warung Pojok ciptaan Abdul Azib dari daerah Mayung Kabupaten Cirebon.
Sementara untuk seniman tarling klasik kiser gancang ada Uci Sanusi dari Klangenan Cirebon, Sunarto dari Kecamatan Palimanan.
Musik tarling mulai ber-evolusi dengan berbagai musik lain terjadi pada fase ketiga. Pada masa ini para seniman menyebutnya Tarling Dangdut (1980 sampai sekarang).
Baca Juga: Mengenal Sunarto Martaatmadja Maestro Tarling Cirebon, Pernah Jual Jerami untuk Beli Gitar
Pada fase ini musik tarling sudah berkolaborasi dengan irama musik dangdut nasional. Musik tarling mulai terpengaruh kekuatan musik dangdut Roma Irama.
Perubaha pada era ini tampak music tarling sudah menggunakan gendang dan orkes dangdut, drum, terompet bahkan gaya busana para seniman pun sama seperti seniman dangdut.
Dari sisi lagu, musik tarling pada era ini tidak lagi terpaku pada notasi tradisional atau gamelan. Bahkan irama lagunya pun lebih cepat dari tarling kiser gancang.
Pelopor tarling dangdut di era ini diantaranya adalah Maman Suparman dari Kecamatan Arjawinangun, Udin Jaenudin Sukra, Sadi Maulana, Yoyo Suwaryo yang berasal dari Kabupaten Indramayu.
Musik khas Cirebon-Indramayu kemudian kembali ber-evolusi pada fase empat menjadi tembang pantura (tahun 2000 sampai sekarang). Ciri musik pantura ini sudah meninggalkan irama atau notasi tradisional.
Baca Juga: Mengenal Abdul Adjib, Si Baridin Maestro Tarling Cirebon Pencipta Lagu 'Warung Pojok' yang Fenomenal
Perubahan musik tarling menjadi tembang pantura lebih mengadopsi pada jenis musik dangdut modern yang sangat bergantung pada alat musik elektronik.
Meski musik pantura tetap tidak meninggalkan ciri khas bahasa yang masih mempertahankan Cirebon-Indramayu. Akan tetapi di fase ini bebar-benar terjadi perubahan sangat signifikan.
Hampir sebagian besar pencipta dan penyanyi tembang pantura kurang menguasai alat musik ataupun memiliki kelompok musik.
Disini terjadi spesialisasi job, penyanyi cukup menyanyi saja begitu pula pencipta lagu kebanyakan sekarang hanya menciptakan lirik ataupun syairnya.
Sangat berbeda dengan era sebelumnya dimana rata-rata para seniman tarling bisa main musik, akting drama bahkan mampu menyanyikan tembang klasik ataupun kiser gancang.
Baca Juga: KUDA YANG DIDANDANI, Kesenian Tradisional Tatar Sunda Ini Perlahan Mulai Hilang di Majalengka
Kendati demikian pada fase pergesaran ini, banyak bermunculan seniman-seniman baru yang sangat petensial. Termasuk dari kalangan para artis penyanyinya.
Besar kemungkinan hal ini terjadi karena banyaknya kemudahan informasi serta dukungan tekhnologi yang semakin canggih. *