Baca Juga: Kisah Pengembaraan Walangsungsang, Rara Santang dan Sunan Gunung Jati dalam Naskah Wangsakerta (2)
Selanjutnya Nyai Rara Santang diperistri Syarif Abdullah dengan diberi gelar Nyai Syarifah Mudaim, sedang sang kakak diberi sebutan Haji Abdullah Imam Al Jawi.
Dari pernikahannya dengan Nyai Syarifah Mudaim, Syarif Abdullah memiliki putra Syarif Hidayatullah tahun 1370 Saka atau 1448 Masehi yang kelak dikenal dengan Sunan Gunung Jati.
Tersebutlah pada waktu pulang ke tanah Jawa, Walangsungsang berhenti di negeri Campa. Pada akhirnya sampai di Carbon dan menjadi penyebar agama Islam.
Adapun perkawinan Walangsungsang dengan Nyai Endang Geulis berputra perempuan yakni Nyai Pakungwati namanya.
Kisah Ki Gede Alang-Alang bersama Walangsungsang dan Rara Santang berlanjut dan tinggal di Dukuh Cirebon Pasisir.
Pangeran Walangsungsang larut dengan kehidupan masyarakat kecil, dan dia memerankan dirinya sebagal guru Agama Islam, dengan panggilan akrab Ki Samadullah.
Bersama santri-santrinya, Ki Samadullah, mendirikan Tajug (Masjid) diberi nama Jalagrahan. (Jala=air; grahan=rumah), yang terletak di tepi laut.
Sebelumnya Cirebon dipimpin oleh Ki Danusela atau Ki Gede Alang-Alang dan wakilnya Pangeran Walangsungsang.