Karomah para Wali: KH Amin Sepuh Babakan Kebal Peluru Bahkan Tidak Mati Dilempari Bom Berkali-Kali

- 14 Juli 2022, 07:00 WIB
Ilustrasi Wali
Ilustrasi Wali /SS YouTube Penerus Para Nabi

PORTAL MAJALENGKA - Kiai Amin bin Irsyad atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kiai Amin Sepuh lahir pada hari Jumat, 24 Dzulhijjah 1300 H bertepatan dengan tahun 1879 M di Mijahan, Plumbon, Cirebon, Jawa Barat.

Beliau adalah termasuk Ahlul Bait dari silsilah Syekh Syarif Hidayatullah. Kiai Amin adalah sosok santri kelana tulen. Kiai Amin semasa kecil belajar ilmu agama kepada ayahnya, yaitu Kiai Irsyad (wafat di Makkah).

Kemudian setelah dirasa cukup menguasai dasar-dasar ilmu agama dan ilmu kanuragan dari sang ayah, beliau dipindahkan ke pesantren Sukasari, Plered-Cirebon di bawah asuhan Kiai Nasuha.

Baca Juga: MBAH MAIMUN Sang Wali Sepuh, Kisahkan 'Wanita Tua Renta Miskin yang Meneteskan Air Mata di Pipi Keriputnya'

Setelah itu beliau pindah ke sebuah pesantren di daerah Jatisari di bawah bimbingan Kiai Hasan dan beliau pun terus berkelana ke berbagai tempat untuk menuntut ilmu dari para ulama yang mumpuni.

Beliau juga sempat belajar di pesantren Kaliwungu Kendal (kakak angkatan KH. Rukyat), setelah itu ke pesantren Mangkang, Semarang.

Setelah itu beliau pindah ke sebuah pesantren di daerah Tegal dibawah asuhan Kiai Ubaidah. Kemudian beliau pindah ke pesantren Bangkalan Madura tepatnya beliau belajar kepada Syaikh Kholil Bangkalan.

Baca Juga: Habib Sholeh Tanggul Mampu Obati Wabah Penyakit dalam Waktu Singkat Hanya dengan Air Danau

Ketika berada di Bangkalan beliau di bawah bimbingan Kiai Hasyim Asy'ari yang mana pada waktu itu KH Hasyim Asy'ari masih takhassus kepada Syaikhona Kholil.

Kemudian setelah kepulangan KH Hasyim Asy'ari ke pesantren Tebuireng Jombang KH Amin Sepuh pun bertahassus kepada beliau.

Diceritakan dalam sebuah majelis bahwasannya almarhum KH. Abdul Mujib Ridwan, Putra KH Ridwan Abdullah pencipta lambang NU, mengajukan sebuah pertanyaan.

Baca Juga: JEJAK PRABU SILIWANGI di Curug Sawer Majalengka, Dikepung Segerombolan Macan Putih

"Kenapa perlawanan rakyat Surabaya itu terjadi 10 November 1945 Kenapa tidak sehari atau dua hari sebelumnya, padahal pada saat itu tentara dan rakyat sudah siap?,"

Melihat tak satupun hadirin yang dapat menjawab akhirnya pertanyaan itu dijawab sendiri oleh "Jawabannya adalah saat itu belum diizinkan Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari untuk memulai pertempuran.

Ternyata Kyai Hasyim Ashari menunggu Kekasih Allah dari Cirebon yang akan datang menjaga langit Surabaya, beliau adalah KH Abbas dari pesantren Buntet Cirebon dan KH Amin Sepuh dari pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon.

Baca Juga: KISAH 3 KYAI SEPUH Berdebat Keras tentang Rokok: Mbah Maruf, Mbah Manab dan Mbah Abu Bakar Kediri

KH Amin sepuh adalah seorang ulama legendaris dari Cirebon, selain dikenal sebagai ulama Beliau juga pendekar, ia menguasai berbagai ilmu beladiri dan kanuragan.

Beliau juga seorang pakar kitab kuning sekaligus jagoan perang.

Kepahlawanan KH Amin dalam peristiwa 10 November memang cukup legendaris sampai sekarang bahkan saat itu ada stasiun radio yang menyiarkan bahwa KH. Amin adalah seorang yang tidak mempan senjata maupun peluru saat bertempur di Surabaya.

Baca Juga: Prabu Siliwangi Sakti Mandraguna Terkenal di Dunia Ghaib, dengan Mudah Bunuh Raja Ular

Bahkan KH Amin juga dikabarkan tidak mati meski dilempari bom sebanyak delapan kali.

Siaran inilah yang membuat kepulangan KH. Amin ke Cirebon disambut oleh 3000 orang untuk meminta ijazah.

Wallahualam BIisshawab.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: YouTube Pecinta Para Wali


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x