BENARKAH Sunan Gunung Jati Cucu Prabu Siliwangi adalah Raden Fatahilah?

29 Juli 2022, 10:15 WIB
BENARKAH Sunan Gunung Jati Cucu Prabu Siliwangi adalah Raden Fatahilah? /lazada

PORTAL MAJALENGKA - Syarif Hidayatullah merupakan nama asli dari Sunan Gunung Jati.

Sunan Gunung Jati adalah putra dari Nyimas Rara Santang dari pernikahannya dengan Penguasa Mesir Sultan Umdatuddin.

Nyi Mas Rara Santang yang merupakan ibunda dari Sunan Gunung Jati adalah seorang putri dari Raja Pajajaran yaitu Prabu Siliwangi.

Baca Juga: Ibunya Telan Bulan Saat Mbah Hasan Gengong dalam Kandungan, Hingga Pancaran Cahaya Iringi Kelahirannya

Sunan Gunung Jati merupakan cucu dari Raja yang dikenal sangat bijaksana kepada rakyatnya yaitu Raja Pajajaran, Sri Baduga Maharaja atau yang lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi.

Prabu Siliwangi yang menikahi Nyimas Subang Larang memiliki tiga keturunan yaitu Pangeran Walangsungsang, Nyimas Rara Santang dan juga Raden Kian Santang.

Sering kali terjadi kerancuan antara nama Fatahillah dengan Sunan Gunung Jati.

Baca Juga: Cerita Yuni Shara Nyanyi di Depan Presiden Soeharto Memakai Pakaian Cukup Terbuka

Ada beberapa golongan orang menganggap bahwa Fatahillah adalah satu orang yang sama, akan tetapi yang benar adalah dua orang.

Sunan Gunung Jati cucu Raja Pajajaran adalah seorang penyebar Islam di Jawa Barat yang kemudian disebut Sunan Gunung Jati.

Sedangkan Fatahillah adalah seorang pemuda Pasai yang dikirim Sultan Trenggana membantu Sunan Gunung Jati berperang melawan Portugis.

Baca Juga: Putus dan Sambung Kaki Guna Menidurkan Anaknya, Perempuan Ini Kalahkan Kewalian Syekh Abdul Qadir Al Jailani

Bukti bahwa Fatahillah bukan Sunan Gunung Jati adalah adanya satu makam yang berada dekat dengan makam Sunan Gunung Jati.

Makam ini bertuliskan Tubagus Pasai atau nama lain dari Fathullah atau Fatahillah atau Faletehan menurut Lidah Orang Portugis.

Sunan Gunung Jati dan ibunya Syarifah Muda’im datang ke negeri Caruban Larang Jawa Barat pada tahun 1475.

Baca Juga: Perampok Ini Ketakutan Akan Keramat Sandal Sakti Syekh Abdul Qodir Al Jaelani

Namun sebenarnya Sunan Gunung Jati sudah mampir dahulu di Gujarat dan Pasai untuk menambah pengalaman.

Kedua orang itu disambut gembira oleh Pangeran Cakrabuana dan keluarganya.

Syekh Datuk Kahfi yang merupakan guru dari Pangeran Cakrabuana dan Syarifah Muda’im waktu itu sudah meninggal dunia dan dimakamkan di Pasambangan.

Dengan alasan agar selalu dekat dengan makam gurunya. Syarifah Muda’im minta diizinkan tinggal di Pasambangan atau Gunung Jati.

Baca Juga: Strategi Politik Sunan Gunung Jati Proklamirkan Kemerdekaan Cirebon dari Pajajaran

Syarifah Muda’im dan puteranya Syarif Hidayatullah meneruskan usaha Syekh Datuk Kahfi.

Tibalah saat yang ditentukan, pangeran Cakrabuana menikahkan putrinya yaitu Nyi Pakungwati dengan Sunan Gunung Jati.

Selanjutnya yaitu pada tahun 1479 karena usia lanjut pangeran Cakrabuana menyerahkan kekuasaan negeri Caruban kepada Sunan Gunung Jati.

Disebutkan, pada tahun pertama pemerintahannya Sunan Gunung Jati berkunjung ke Pajajaran untuk mengunjungi kakeknya yaitu Prabu Siliwangi.

Baca Juga: Keramat Kyai Hasyim Latief Komandan Laskar Hizbullah yang Tubuhnya Tak Mempan Peluru Tentara Belanda

Sang Prabu diajak masuk Islam kembali tetapi tidak mau. Meski Prabu Siliwangi tidak mau masuk Islam, dia tidak menghalangi cucunya Sunan Gunung Jati menyiarkan Islam di wilayah Pajajaran.

Sunan Gunung Jati kemudian melanjutkan perjalanannya ke Serang yang sebagian sudah memeluk agama Islam.

Dikarenakan banyaknya saudagar dari Arab dan Gujarat yang sering singgah ke tempat itu.

Kedatangan Sunan Gunung Jati disambut baik oleh Adipati Banten. Bahkan ia dijodohkan dengan puteri Adipati Banten yang bernama Nyi Kawungten.

Baca Juga: Kisah Keramat Wali Syekh Abdul Qodir Al Jaelani yang Mampu Hidupkan Burung yang Mati dengan Izin Allah SWT

Dari perkawinannya inilah kemudian Sunan Gunung Jati dikaruniai dua orang putera yaitu Nyi Ratu Winaon dan Pangeran Sebakingking.

Dalam menyebarkan agama Islam di tanah jawa, Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati tidak bekerja sendirian.

Sunan Gunung Jati sering bermusyawarah dengan anggota para wali lainnya di mesjid Demak. Bahkan disebutkan beliau juga membantu berdirinya mesjid Demak.

Dari pergaulannya dengan Sultan Demak dan para wali lainnya ini akhirnya Sunan Gunung Jati mendirikan Kesultanan Pakungwati dan ia memploklamirkan diri sebagai raja yang pertama dengan gelar Sultan.

Baca Juga: Keramat Wali Allah, Kisah Kyai Idris Kamali dan Misteri Duit di Bawah Kasur

Dengan berdirinya Kesultanan tersebut Cirebon tidak lagi mengirim upeti kepada Pajajaran yang biasanya disalurkan lewat Kadipaten Galuh.

Dengan bergabungnya prajurit dan perwira pilihan ke Cirebon maka makin bertambah besarlah pengaruh Kesultanan Pakungwati.

Daerah-daerah lain seperti: Surakanta, Japura, Wanagiri, Telaga dan lain-lain menyatakan diri menjadi wilayah Keslutanan Cirebon.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler